Shalom saudaraku!!
Terima kasih anda telah berkunjug di Renungan Harian Online ini. Saya merasa senang sekali apabila bisa berbagi berkat dengan saudara - saudara seiman.
semoga dengan adanya blog saya ini dapat menyejukkan jiwa anda, dan semoga banyak jiwa yang terpulihkan dengan Renungan Harian Online ini.

Salam dalam Nama Yesus.
Senja Nababan

Wednesday, June 24, 2009

~ Renungan Hari ini, Rabu 24 Juni 2009

Serius, Walaupun Kecil
Matius 25:14-30


Sebagian dari antara kita mungkin lebih suka dipercaya dalam hal-hal besar, daripada dalam hal-hal kecil. Memang tanggung jawab dan risikonya juga makin besar. Namun harapannya, semakin besar kepercayaan yang diberikan, semakin besar pula hasil dan kepuasan yang didapatkan. Maka, hal-hal yang sederhana akhirnya hanya dipandang sebagai pekerjaan yang “tidak menantang”.

Namun, firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa yang penting adalah keseriusan kita untuk mengerjakan segala sesuatu—entah hal itu “besar” atau “kecil”. Jumlah talenta yang dipercayakan oleh sang tuan bukanlah hal yang penting, tetapi sikap hamba-hamba yang mengelolanya, itulah yang terpenting. Hamba yang memiliki lima dan dua talenta, mengembangkannya. Itulah cara mereka menghargai kepercayaan tuannya. Akan tetapi, hamba yang memiliki satu talenta, menimbunnya dalam tanah. Sikap ini tidak berkenan di hadapan Tuhan, sebab ia tidak menggunakan kepercayaan yang ada dengan sebaik-baiknya. Mari kita melihat kembali apa saja yang telah Tuhan percayakan dalam hidup kita? Mungkin Tuhan memercayakan pekerjaan, keluarga, pelayanan di gereja, persahabatan, harta, atau kemampuan untuk melakukan sesuatu. Sudahkah kita menggunakannya untuk menjadi berkat bagi orang lain dan menghasilkan karya bagi kemuliaan Tuhan?

Meskipun ada alasan bagi kita untuk bersungut-sungut, tetaplah berjuang untuk setia mulai hari ini. “Sekecil” apa pun yang kita peroleh dari Tuhan, kerjakanlah dengan serius. Sebab orang yang setia dalam perkara kecil, mereka mendapat tanggung jawab dalam perkara yang lebih besar. Di dalam perkara kecil, tanggung jawab kita diasah!

Setialah dalam perkara “besar” atau “kecil”, sebab dengan demikian kita menyenangkan hati-Nya

Penulis: Helen Aramada

Friday, May 22, 2009

~Renungan Hari ini , Jumat tanggal 22 Mei 2009

Berperang Setiap Hari
1 Tawarikh 14:8-17

Bacaan dari 1 Tawarikh 14:8-17 berkisah tentang Daud yang baru diteguhkan menjadi raja atas bangsa Israel. Tantangan pertama yang dihadapinya adalah menghadapi orang-orang Filistin yang mau menangkapnya (ayat 8). Gentarkah Daud? Tidak. Ia memimpin bangsanya mengalahkan para penyerbunya. Apa kunci kemenangan Daud? Ini: “Bertanyalah Daud kepada Allah: “Apakah aku harus maju melawan orang Filistin itu dan akan Kauserahkankah mereka ke dalam tanganku?” Tuhan menjawab: “Majulah, Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tanganmu” (ayat 10). Ya, Daud tidak lepas melibatkan Tuhan dalam setiap perencanaan dan tindakannya. Dan ia taat melaksanakan apa perintah-Nya (ayat 16).

Setiap hari bagi kita adalah peperangan. Tentu bukan peperangan secara fisik, tetapi seperti kata Paulus, kita berperang melawan “penguasa-penguasa dunia gelap dan roh-roh jahat di udara” (Efesus 6:12). Artinya, peperangan rohani. Kita akan senantiasa berhadapan dengan serbuan godaan, ancaman, dan pencobaan yang bisa menghancurkan hidup, merebut kebahagiaan keluarga, merampas semangat pelayanan, dan menggoyahkan iman kita kepada Tuhan—baik yang datang dari diri sendiri; misalnya kemalasan, kesombongan, pikiran dan prasangka buruk, maupun yang datang dari luar diri kita; misalnya kepahitan dan persoalan hidup, atau juga bisa berupa kesenangan dan tawaran duniawi.

Menghadapi semua itu, tidak ada jalan lain. Seperti Daud, kita perlu selalu melibatkan Tuhan dalam setiap perencanaan dan tindakan kita. Intinya, jangan jauh-jauh dari Tuhan. Selalu berpegang pada-Nya.

TANPA TUHAN, KITA BAGAI PRAJURIT YANG MAJU BERPERANG TANPA SENJATA

Penulis: Ayub Yahya

Wednesday, May 20, 2009

~Renungan Hari ini , Rabu tanggal 20 Mei 2009

Tidak Perlu Menunggu
Nehemia 1:1-11

Kebangkitan Nasional adalah masa bangkitnya kesadaran akan rasa kesatuan dan nasionalisme yang muncul pada 1908. Kesadaran ini muncul ketika Dr. Sutomo dan beberapa kawannya mendirikan perkumpulan pemuda yang bernama Boedi Oetomo. Perkumpulan ini berawal dari diskusi-diskusi beberapa pemuda yang prihatin dengan nasib bangsanya ketika itu. Dari perkumpulan ini lama-lama berkembang menjadi kesadaran akan rasa kesatuan dan nasionalisme, yang pada akhirnya memuncak pada hari Sumpah Pemuda.

Apabila kita melihat sekilas gerakan ini muncul bukanlah dari keseluruhan rakyat Indonesia, tetapi dari beberapa orang individu yang peduli terhadap bangsa. Hal ini mirip dengan apa yang terjadi dengan bangsa Israel pada zaman Nehemia. Ketika itu bangsa Israel sedang ada dalam masa pembuangan. Sementara itu, keadaan tanah air mereka sedang dalam kesukaran besar dan sangat tercela (ayat 3). Situasi inilah yang membuat Nehemia terpanggil untuk membangun kembali negerinya. Maka, mulailah ia berdoa untuk mengakui segala dosa bangsanya dan meminta pimpinan Tuhan agar bangsanya dapat kembali ke tanah air. Dan akhirnya, dimulai dari kerinduan seorang Nehemia, muncullah kecintaan bangsa Israel akan tanah air. Puncaknya adalah dibangunnya kembali tembok Yerusalem, simbol persatuan dan kesatuan.

Ya, kadang untuk membangun dan memperbaiki sebuah keadaan tidak perlu menunggu para petinggi dan pemimpin bergerak, juga tidak perlu menunggu pihak atau golongan tertentu mencetuskannya. Mulailah dari diri kita sendiri, di lingkungan yang paling dekat.

INGIN MEMPERBAIKI NEGERI INI? JANGAN MENUNGGU! KITA BISA MEMULAI DARI DIRI SENDIRI

Penulis: Riand Yovindra

Tuesday, May 19, 2009

~Renungan Hari ini , Senin tanggal 19 Mei 2009

Jika Tahu Semua
Matius 6:25-34

Seseorang kagum dengan mikroskop karena mampu memperlihatkan sel-sel yang terkecil dalam sebuah benda tertentu. Maka, ia membelinya. Suatu hari karena iseng, ia ingin melihat nasi yang siap disantap di piringnya dengan mikroskop itu. Apa yang terlihat olehnya? Apa yang tadinya tak dapat dilihat oleh mata telanjang, kini menjadi sangat jelas. Ia melihat pemandangan yang sangat menjijikkan. Betapa tidak, makanan yang akan dinikmatinya ternyata penuh dengan kuman. Piring dan sendoknya juga begitu. Penuh kuman. Melihat semua itu, ia tidak jadi makan karena takut.

Bagi manusia, hidup seperti misteri yang tak ada habisnya. Kita tak tahu apa yang terjadi esok. Konyolnya, manusia ingin tahu apa yang bakal terjadi sampai-sampai mereka pergi ke tukang ramal. Sebenarnya, jika kita tahu semua yang akan terjadi pada kita, ketakutan justru akan datang. Kita takkan dapat menikmati hidup hari ini jika tahu sebentar lagi usaha kita bangkrut, sebentar lagi kita sakit, minggu depan kita kecelakaan, dan kejadian-kejadian tak menyenangkan lainnya. Itu sebabnya Tuhan tidak memberi tahu apa yang terjadi esok hari!

Bukan kebetulan jika Tuhan membuat hidup menjadi seperti misteri. Ada banyak perkara di masa depan yang tidak diberitahukan, bukan tanpa alasan. Tuhan ingin kita seperti jam yang berdetak untuk hari ini, tanpa perlu khawatir berapa kali kita harus berdetak esok hari (ayat 34). Hari esok punya kekhawatirannya sendiri. Percayakan hari ini pada Tuhan, dan lakukan hal yang sama esok hari. Bersama Tuhan, kita bisa melewati banyak perkara tanpa dicekam ketakutan dan kekhawatiran.

JIKA MANUSIA TAHU SEMUA APA YANG TERJADI DI HARI ESOK IA TIDAK AKAN PERNAH DAPAT MENIKMATI HIDUP HARI INI

Penulis: Petrus Kwik

Monday, May 18, 2009

~Renungan Hari ini , Minggu tanggal 18 Mei 2009

Perempuan Pembawa Damai
1 Samuel 25:2-35


Dalam bahasa Mandarin, kata “an” yang berarti damai, sejahtera, terdiri dari dua bagian. Atap dan nu (perempuan). Menurut orang Cina, dalam sebuah rumah akan ada damai jika dalam rumah itu ada seorang perempuan.

Bacaan kita hari ini bercerita tentang Abigail, seorang perempuan yang bijak. Sekalipun menikah dengan seorang yang kasar dan jahat, namun Abigail tidak terpengaruh karakter buruk itu dan tetap menjaga hatinya. Pada waktunya, kebijaksaannya terbukti tidak hanya menyelamatkan nyawanya sendiri, tetapi juga seluruh isi rumahnya. Abigail mampu membawa damai bagi seisi rumahnya, sekalipun ia berada dalam kondisi yang sulit.

Sebagai seorang perempuan, kata “an” maupun ayat di atas membuat saya berpikir. Selama ini, apakah saya “membangun” rumah saya dengan membawa kedamaian, atau malah meruntuhkannya dengan tangan saya sendiri? Dengan cara apa kita membangun atau meruntuhkan rumah kita? Salah satunya adalah lewat perkataan. Kita dapat membangun dan menguatkan orang dengan mengucapkan kata-kata yang baik, dengan memberikan pujian yang tulus serta ayat-ayat firman Tuhan. Namun, kita juga dapat menjatuhkan banyak orang lewat gosip, keluhan, omelan, juga pernyataan-pernyataan yang negatif. Bahkan meski kita ada dalam kondisi yang sulit, kita tak perlu menjadikannya alasan untuk mengeluarkan kata-kata yang meruntuhkan. Justru dalam kondisi sulitlah, peran wanita sebagai pembawa damai sangat dibutuhkan. Manakah yang akan kita pilih hari ini? Perkataan yang membangun atau yang meruntuhkan?

PILIHLAH SELALU KATA-KATA YANG MEMBAWA BERKAT

Penulis: Grace Suryani

Sunday, May 17, 2009

~Renungan Hari ini , Minggu tanggal 17 Mei 2009

Eh, Dikacangin!
Hagai 1:1-11

Dikacangin bukanlah berarti diberi kacang atau dilempari kacang. Dikacangin adalah istilah anak-anak muda yang berarti tidak dianggap atau tidak dipedulikan. Sebagai contoh jika kita menyapa seseorang lalu orang tersebut tidak menjawab, menoleh pun tidak. Ia tidak memedulikan kehadiran kita dan terus asyik dengan dirinya sendiri. Dalam kondisi begitulah kita sedang dikacangin olehnya. Tentu tidak enak jika kita berada di posisi “sidang dikacangin”.

Demikian juga dengan Allah. Allah merasa “dikacangin” oleh bangsa Israel. Bangsa Israel sangat asyik dengan diri mereka sendiri, sehingga tidak lagi peduli dengan kehadiran Allah yang dilambangkan dengan keberadaan Bait Suci. Bait Suci diabaikan. Dibiarkan saja sebagai reruntuhan. Allah mau mereka bertobat bukan semata-mata karena Allah ingin diperhatikan. Akan tetapi karena Allah rindu bersekutu dekat dengan umat-Nya. Lebih lagi, Allah juga mau bangsa Israel sadar bahwa Tuhanlah sumber kehidupan mereka, sumber kemakmuran mereka. Bukankah jika Tuhan menahan berkat-Nya, mereka tidak akan memperoleh kelimpahan hidup (ayat 10,11)?

Allah kita adalah Allah yang mau dekat dengan umat-Nya. Allah yang mau mengungkapkan isi hati dan kehendak-Nya kepada manusia yang dicintai-Nya. Akan tetapi, bagaimana mungkin hal itu terjadi jika kita tidak memedulikan kehadiran-Nya? Jadi, mari kita mulai belajar memedulikan kehadiran Allah. Mulailah dengan cara yang sederhana yaitu dengan menyediakan waktu untuk mendengarkan dan memperhatikan suara Allah; melalui saat teduh pribadi setiap hari.

ALLAH PEDULI DENGAN KITA APAKAH KITA JUGA PEDULI DENGAN-NYA?

Penulis: Riand Yovindra

Saturday, May 16, 2009

~Renungan Hari ini , Sabtu tanggal 16 Mei 2009

Menjaga Tubuh
Roma 11:36-12:2

Ir. Handrawan Nadesul, dalam bukunya, Jurus Sehat Tanpa Ongkos, mengutip hasil penelitian seorang ahli kesehatan, dr. Robert Butler, yang mengatakan bahwa secara alamiah tubuh manusia dirancang untuk bertahan sampai usia 120 tahun. Salah satu bukti mutakhir adalah masyarakat di sepanjang Teluk Okinawa, Jepang. Rata-rata penduduk di sana berusia di atas 100 tahun. Mereka tidak hanya panjang umur, tetapi juga sehat walafiat.

Kalau saat ini banyak orang setelah melewati usia 60 sudah sakit-sakitan dan lemah fisik, salah satu penyebabnya adalah gaya hidup yang tidak sehat—makan serampangan, tidur sembarangan, malas berolahraga, dan kebiasaan buruk lainnya. Tubuh seperti mobil, kalau tidak dirawat baik-baik, bisa cepat bobrok sebelum waktunya. Kuncinya disiplin diri, tidak mengikuti kemalasan dan kenikmatan jasmani semata.

Paulus mengingatkan, bahwa segala sesuatu—tentunya termasuk tubuh kita—berasal dari Allah (Roma 11:36). Maka, baiklah kita mengembalikannya untuk kemuliaan Allah. Pada zaman Perjanjian Baru ada pemahaman di masyarakat umum ketika itu, bahwa tubuh manusia terbagi dua: tubuh rohaniah dan tubuh jasmaniah; tubuh rohaniah itu baik dan suci, sedang tubuh jasmaniah buruk dan jahat. Karena pemahaman demikian, maka melakukan bermacam dosa jasmani dianggap bukan masalah. Paulus mengoreksi pemahaman keliru tersebut. Tubuh jasmani juga berasal dari Allah. Karena berasal dari Allah, tentu baik adanya. Jadi, perlulah kita menjaganya dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya; bahkan menjadikannya sebagai persembahan yang hidup kepada Allah (Roma 12:1)

UMUR KITA MEMANG DI TANGAN TUHAN NAMUN KITA BERPERAN MEMPERPANJANG ATAU MEMPERPENDEKNYA

Penulis: Ayub Yahya

Friday, May 15, 2009

~Renungan Hari ini , Jumat tanggal 15 Mei 2009

Di Belakang Allah
Kejadian 8:1-18

Pernahkah Anda menyadari bahwa air bah pada zaman Nuh itu melingkupi bumi selama lima bulan penuh? Betapa lamanya! Hujan sehari semalam saja sudah menimbulkan banjir dan banyak kesulitan. Apalagi jika sampai lima bulan, kehidupan di dunia ini pasti binasa. Belum lagi jika kita membayangkan mereka yang ada dalam bahtera (manusia dan berjenis-jenis binatang) mengalami krisis “rindu tanah”.

Dalam situasi begitu, lega rasanya membaca kalimat, “Maka Allah mengingat Nuh dan segala binatang liar dan segala ternak, yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu, dan Allah membuat angin mengembus melalui bumi, sehingga air itu turun” (ayat 1). Allah menghukum, tetapi Dia juga mengingat makhluk yang akan menjadi cikal bakal permulaan kehidupan dunia. Karena itu Allah mulai menyurutkan air bah dalam proses yang cukup panjang dan alami. Bukan serta merta air surut! Allah menghargai proses alam. Air bertiup, hujan berhenti, air makin surut selama 3 bulan. Pada bulan ke-7, bahtera kandas di pegunungan, pada bulan ke-10, puncak-puncak gunung tampak. Empat puluh hari setelahnya, Nuh melepas burung gagak dan merpati untuk mencari tahu apakah air telah kering. Nuh sabar menunggu dan terus mencoba memahami keadaan. Sikapnya yang telaten dan tertata, layak diteladani. Sampai akhirnya, bumi benar-benar kering. Namun, Nuh tidak langsung turun. Ia menunggu sabda Allah (ayat 16), baru ia keluar bersama keluarganya dan binatang-binatang.

Mari belajar dari ketaatan Nuh mengelola hari-hari, membaca tanda-tanda “zaman”, dan terus berusaha, sambil tetap berjalan di belakang Allah—tidak mendahului-Nya.

JANGAN PERNAH MELANGKAH MELEBIHI LANGKAH ALLAH

Penulis: Daniel K. Listijabudi

Thursday, May 14, 2009

~Renungan Hari ini , Kamis tanggal 14 Mei 2009

MENABUR ANGIN
Hosea 8 : 4 - 19

Seorang kakek tinggal di sebuah panti jompo. Kelima anaknya yang semuanya sudah berkeluarga hampir tidak pernah mengunjunginya. Bahkan ia juga tidak mengenal sebagian dari cucunya. Tetapi ia sadar, itu adalah buah yang ditaburnya dulu. Sewaktu muda ia tidak pernah memerhatikan orangtuanya. Ia meninggalkan anak-anak dan istrinya, dan menikah lagi dengan wanita lain yang lebih muda. Padahal, ketika itu sang istri tengah mengandung anak kelima. Tidak heran kalau sekarang ia menuai sikap antipati dari anak-anaknya. Kakek itu pun hanya bisa menyesali perbuatan-perbuatannya di masa lalu.

Dosa memang seperti bumerang, bisa berbalik menghancurkan diri sendiri. Hal itulah yang dialami oleh umat Israel, seperti dalam bacaan Alkitab hari ini. Mereka memberontak kepada Tuhan; melakukan tindakan yang tercela di mata Tuhan, menyembah berhala, dan tidak mengindahkan perintah Tuhan. Mereka seumpama orang yang “menabur angin”, akibatnya mereka “menuai puting beliung” (ayat 7a). Dengan kata lain, karena dosa-dosa mereka di masa lalu, mereka kemudian menuai kesulitan demi kesulitan, penderitaan demi penderitaan.

Ini pelajaran buat kita, betapa pentingnya menjaga diri dari berbuat dosa. Betul, karena kasih Allah yang begitu besar, selalu tersedia pengampunan-Nya atas kita. Namun demikian kita tidak boleh lupa bahwa kita juga tetap harus menanggung akibat dari setiap dosa yang telah kita berbuat. Maka, dengan kita berusaha menjaga diri dari dosa, itu sebetulnya kita tengah berbuat baik pada diri sendiri.

JANGAN MENABUR ANGIN KALAU TIDAK INGIN MENUAI BADAI

Penulis: Ayub Yahya

Wednesday, May 13, 2009

~Renungan Hari ini , Rabu tanggal 13 Mei 2009

Berontak atau Berserah
2 Korintus 12:7-10

Seorang anak sakit keras. Ia harus segera disuntik agar obat bisa langsung masuk ke dalam pembuluh darahnya. Namun, begitu melihat jarum suntik, si anak memberontak. Meronta-ronta sambil menjerit dan menangis. Takut disuntik. Karena bergerak terus, sulit bagi dokter untuk memasukkan jarum suntik. Baru setelah ia kelelahan dan lemas kehabisan tenaga, dokter bisa menyuntiknya. Obat pun masuk ke dalam tubuhnya. Proses penyembuhan dimulai.

Tanpa sadar, kita sering bersikap seperti anak kecil tadi. Ketika menghadapi kenyataan sulit, kita berontak. Panik. Protes. Marah. Sulit menerima kenyatan itu. Begitu pula Rasul Paulus. Saat mendapatkan “duri dalam daging” berupa sakit-penyakit, spontan ia berseru pada Tuhan minta disembuhkan. Berkali-kali. Sayang, upaya itu gagal. Paulus tidak disembuhkan. Namun, harapannya tidak sirna. Dari situ ia belajar satu hal penting: perlunya berdamai dengan kelemahannya. Bukannya berontak, ia berserah diri. Bergantung pada Tuhan sepenuhnya. Justru pada saat itulah, kuasa Tuhan turun menaunginya. Ia dimampukan hidup bersama kelemahan itu dengan kekuatan ilahi.

Adakah masalah yang selama ini terus merongrong diri Anda? Bentuknya bisa berupa sakit-penyakit, cacat kepribadian, atau kelemahan lainnya. Sudahkah Anda berdamai dengan kelemahan Anda tersebut, atau terus memberontak? Jika Tuhan tidak menyembuhkan, relakah Anda hidup bersama kelemahan itu? Tuhan bisa mengaruniakan kekuatan agar Anda sanggup menanggungnya. Maka, serahkanlah diri Anda kepada-Nya! Jika Anda lemah, maka Anda kuat!

Kadang kita dibiarkan memiliki kelemahan supaya kita belajar bergantung pada kuasa Tuhan

Penulis: Juswantori Ichwan

Saturday, May 9, 2009

~Renungan Hari ini , Sabtu tanggal 9 Mei 2009

Taktik Leimena
Hakim - hakim 7 : 23 - 25

Yohannes Leimena terkenal karena pendekatannya yang khas dalam menanggapi lawan bicara yang berbeda pendapat dengannya. Sebagai Ketua Komisi Militer dalam Konferensi Meja Bundar 1949, misalnya, ia berhadapan dengan Buurman van Vreeden, wakil pihak Belanda. Leimena mengawali perundingan dengan mengungkapkan kebaikan Buurman, antara lain bahwa nama Buurman berarti tetangga perdamaian. Setelah sanjungan yang bertubi-tubi, barulah ia menunjukkan bagian yang tidak disetujuinya dari pandangan Buurman. Lalu ia menutupnya dengan sejumlah usul yang menekan Belanda. Taktiknya berhasil.

Om Jo, begitu ia disapa, tampaknya mengikuti nasihat Salomo. Ia meredakan konflik dengan menggunakan perkataan yang lemah lembut. Sanjungannya bukan kata-kata manis yang menjilat, melainkan pujian yang tulus dan objektif. Ia bersikap seperti Gideon dalam menghadapi bani Efraim yang merasa tersinggung karena tidak dilibatkan sejak awal dalam pertempuran melawan bangsa Midian. Bukannya marah oleh kecaman mereka, Gideon berbicara dengan lemah lembut, dan menggarisbawahi perbuatan baik yang telah mereka lakukan. Sikapnya tersebut berhasil melunakkan hati bani Efraim.

Seperti Om Jo, kita perlu mengikuti nasihat Salomo dalam menangani konflik. Dengan memuji kebaikan orang lain secara tulus, kita dapat melunakkan hatinya dan membuatnya terbuka untuk menerima masukan. Dengan berbicara secara lembut, kita dapat menyampaikan argumentasi secara jernih dan tepat sasaran. Pendekatan ini tentu membuka jalan bagi penyelesaian konflik dan pemulihan hubungan

PERKATAAN LEMAH LEMBUT AKAN MENYELESAIKAN PERDEBATAN TANPA MELUKAI HATI ATAU MENYINGGUNG PERA

Penulis: Arie Saptaji

Friday, May 8, 2009

~Renungan Hari ini , Jumat tanggal 8 Mei 2009

Tergesa - gesa Membawa Celaka
1 Samuel 13 : 1 - 14

Alkisah pada masa Dinasti Song ada seorang petani yang tidak sabar. Ia merasa padi di sawahnya tumbuh sangat lambat. Akhirnya ia berpikir, “Jika saya menarik-narik padi itu ke atas, bukankah saya membantunya bertumbuh lebih cepat?” Lalu ia menarik-narik semua padinya. Sampai di rumah, dengan bangga ia bercerita kepada istrinya bahwa ia baru saja membantu padinya bertumbuh lebih cepat. Keesokan harinya ia pergi ke sawah dengan bersemangat, tetapi betapa kecewanya ia ketika melihat bahwa semua padi yang kemarin ditariknya ke atas sudah mati. Karena tidak sabar, “usahanya untuk membantu” malah membuatnya rugi besar.

Demikian pula dengan Saul, raja Israel. Sebelum Saul maju berperang ke Gilead melawan bangsa Filistin, Samuel sudah berpesan bahwa ia akan datang kepada Saul untuk mempersembahkan korban. Samuel meminta Saul menunggu ia datang untuk memberi instruksi (1 Samuel 10:8). Namun, Saul tidak mengindahkan perintah Samuel maupun hukum Tuhan. Ia tidak sabar menunggu Samuel. Ia lebih takut ditinggalkan rakyatnya daripada takut kepada Tuhan. Ketidaksabarannya membawa dampak yang fatal, Tuhan menolaknya sebagai raja (ayat 14).

Dalam hidup ini, kita juga acap kali tidak sabar menunggu waktu Tuhan. Ketika pertolongan Tuhan rasanya tak kunjung tiba, jangan tergesa mengambil jalan. Bukannya menyelesaikan masalah, malah kerap mendatangkan masalah baru yang lebih besar! Akar ketidaksabaran adalah tidak percaya. Jika kita sungguh-sungguh percaya Allah lebih dari mampu menolong, kita akan menanti Dia dengan sabar

DALAM HIDUP ORANG YANG SABAR SELALU ADA BANYAK KESEMPATAN UNTUK ALLAH BERKARYA

Penulis: Grace Suryani

~Renungan Hari ini , Rabu tanggal 6Mei 2009

Bukan Soal Keturunan
2 Samuel 13 : 30 - 39

Waktu kampanye calon anggota legislatif beberapa bulan lalu, ada calon yang berkampanye dengan mencantumkan silsilah keturunannya; bahwa ayahnya adalah Jenderal Anu, kakeknya tokoh Par­tai Anu, dan kakek buyutnya cicit dari Raja Anu. Sebetulnya, sifat atau perilaku seseorang tidak selalu berkenaan dengan keturunan (genetis). Seseorang yang orangtuanya berbudi baik, tidak serta merta dirinya berbudi baik pula. Dalam cerita silat Sia Tiaw Eng Hiong, Yo Kang adalah seorang yang jahat dan gila kekuasaan. Sedang Kwee Ceng baik hati dan ksatria. Namun, dalam kelanjutan cerita itu, Sin Tiaw Hiap Lu, Yo Ko, anak Yo Kang, justru tampil sebagai pahlawan hebat. Sedang Kwee Hoe, salah seorang anak Kwee Ceng, selain keras kepala juga kasar. Ia tega membuntungi tangan Yo Ko.

Seperti juga Daud. Terlepas dari segala kesalahannya di masa lalu, ia adalah seorang tokoh yang hebat; raja yang paling berhasil dalam sejarah Israel, juga sangat piawai menulis mazmur. Namun anak-anaknya malah berbuat aib. Amnon memerkosa Tamar, anaknya dari lain ibu. Absalom, kakak kandung Tamar, yang menyimpan dendam terhadap Amnon, akhirnya membunuh saudara tirinya itu (2 Samuel 13). Daud pun hanya bisa menangisi tragedi itu.

Oleh karena itu, jangan buru-buru bangga kalau kita ini keturunan orang hebat, tidak lantas kita akan jadi orang hebat pula. Sebaliknya jangan kecil hati kalau kita lahir dari keluarga yang mungkin punya reputasi kurang baik di masa lalu, itu sama sekali bukan halangan untuk kita dapat menjadi orang yang baik dan berhasil.

JANGAN MENILAI SESEORANG BERDASARKAN KETURUNAN

Penulis: Ayub Yahya

Friday, May 1, 2009

~Renungan Hari ini , Jumat tanggal 2 Mei 2009

DIMANA SAJA, KAPAN SAJA
Ulangan 6 :4 - 9

Ada satu pengalaman yang berkesan bersama ayah saya, saat beliau mengantar saya ke sekolah pada hari pengumuman kelulusan SMP. Ketika kami menemukan tempat kosong, tiba-tiba sebuah mobil lain menyerobot untuk parkir di tempat yang sama. Dan Ayah membiarkannya! Saya kesal dan mengomel. Namun tak jauh dari situ, tiba-tiba ada mobil yang keluar. Dan kami mendapatkan tempat yang lebih bagus dari yang pertama! Ayah yang tadi diam saja saat saya mengomel, tiba-tiba berkata, “Kalau kita mengalah, Tuhan sendiri akan membuka jalan.” Hari itu saya belajar tentang dua hal. Pertama, kita tidak rugi kalau mengalah pada orang lain. Kedua, kita bisa belajar tentang Tuhan di mana saja, termasuk di tempat parkir.

Acap kali orang mengartikan pendidikan rohani anak hanya sebatas kegiatan ke Sekolah Minggu atau berdoa bersama. Padahal kesempatan untuk mengenalkan Tuhan sebenarnya bisa terjadi setiap saat. Musa menulis kitab Ulangan untuk generasi baru Israel yang akan masuk ke tanah Kanaan. Musa tidak hanya memberi tahu ketetapan Tuhan, tetapi juga cara mengajarkannya. Hukum Tuhan harus diajarkan berulang-ulang kepada anak-anak, pada setiap kesempatan. Baik di rumah, di perjalanan, di kamar tidur, ketika bangun maupun berbaring (ayat 7). Singkatnya, mengenalkan anak kepada Tuhan harus dilakukan dalam hidup keseharian kita.

Hari ini, jika Anda rindu mendidik anak-anak di dalam Kristus, mari minta kepekaan agar dapat memanfaatkan setiap situasi untuk mengajar tentang hukum Tuhan. Baik itu di tengah kemacetan, ketika makan bersama, atau berbagai kesempatan lain.

PENGENALAN AKAN KRISTUS BISA DILAKUKAN DI MANA SAJA DAN KAPAN SAJA

Penulis: Grace Suryani

~Renungan Hari ini , Jumat tanggal 1Meil 2009

PILIHLAH KEHIDUPAN
Ulangan 30 : 15 - 20

Novel The Kite Runner, karangan Khaled Hosseini, penulis asal Afganistan yang kini tinggal di Kalifornia, Amerika Serikat, mengisahkan dua orang sahabat—yang juga bersaudara tiri—Hasan dan Amir. Hasan sangat setia pada Amir. Ia mau berkorban apa saja untuk Amir. Sebaliknya, Amir juga menyayangi Hasan, walau kadang-kadang—didorong rasa cemburunya—ia bersikap tidak baik terhadap Hasan. Suatu hari, secara diam-diam Amir melihat Hasan dianiaya oleh beberapa anak berandalan. Amir bergumul dalam hati: menolong Hasan dengan risiko ia juga akan dipukuli, atau lari menjauh dan pura-pura tidak tahu. Amir memilih cara kedua, ia melarikan diri. Pilihannya itulah yang kemudian mengubah jalan hidupnya.

Kepada kita akan selalu diperhadapkan pilihan-pilihan; maju atau mundur, berkata jujur atau berbohong, berlaku setia atau berkhianat, memberikan bantuan atau tidak ambil peduli, mengumpat atau menahan diri, dan sebagainya. Apa yang kita pilih itu bisa jadi akan sangat menentukan cerah suram, senang susah, baik buruknya kehidupan kita pada masa depan.

Dalam pidato perpisahannya, Musa juga menghadapkan pilihan kepada umatnya; kehidupan dan keberuntungan, atau kematian dan kecelakaan (ayat 15). Pilihan apa pun ada risikonya, baik atau buruk. Musa menasihatkan supaya mereka memilih apa yang baik dan benar, sehingga mereka dapat memetik buah yang manis (ayat 20). Ini bisa menjadi panduan buat kita ketika kita harus memilih: kapan pun dan dalam hal apa pun, pilihlah apa yang berkenan kepada Allah.

SELALU ADA HARGA YANG HARUS DIBAYAR DENGAN PILIHAN KITA

Penulis: Ayub Yahya

Thursday, April 30, 2009

~Renungan Harian Kamis, tanggal 30 April 2009

SAHABAT SEJATI
Yesaya 40 : 25 - 31

Ada gula, ada semut. Peribahasa ini tampak begitu nyata dalam kehidupan orang-orang yang ditinggalkan teman-temannya pada saat mengalami kegagalan. Kenyataan membuktikan bahwa lebih mudah mendapatkan teman pada saat segala sesuatunya berjalan dengan baik, sukses, dan gemilang. Tetapi di saat-saat yang sulit; dalam kebangkrutan, kegagalan dan penderitaan, mereka berpaling pergi. Teman sejati adalah mereka yang tidak meninggalkan temannya sekalipun dalam duka dan keadaan sulit.

Melebihi seorang teman sejati di du¬nia, Tuhan adalah Sahabat sejati bagi kita. Dia tak pernah meninggalkan kita dalam situasi seburuk apa pun. Firman-Nya, “Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (Yosua 1:5). Saat dunia mencampakkan orang yang gagal, Dia justru datang untuk menolong orang-orang yang sakit, menghibur yang berduka, memberikan kelegaan kepada mereka yang letih lesu dan berbeban berat, memberikan kekuatan kepada yang lelah, dan menambah semangat kepada yang tak berdaya. Dia sangat peduli kepada kita!

Saat ini, apakah Anda sedang membutuhkan dukungan semangat dari seorang teman? Sekalipun Anda tidak dapat melihat-Nya secara fisik, Anda dapat merasakan kehadiran-Nya dengan nyata. Dia memberikan dukungan semangat setiap saat kepada kita untuk terus berjuang melakukan yang terbaik. Dia tak pernah mengabaikan kita. Dia selalu ada bagi kita, Dia sangat mengasihi kita. Hidup kita begitu berharga bagi-Nya, sehingga Dia memberikan nyawa-Nya untuk menebus kita. Maka, bersandarlah teguh kepada-Nya. Andalkanlah Dia, Sahabat kita, Sang Sumber kekuatan kita.

MELANGKAHLAH BERSAMA-NYA, SAHABAT SEJATI KITA MAKA TIDAK ADA ALASAN BAGI KITA UNTUK MENYERAH DALAM HIDUP!


MUTIARA KATA HARI INI
Nasib bukanlah sebab tetapi akibat, meskipun anda bebas memilih pemahaman yang sebaliknya.

Penulis: Helen Aramada

~Renungan Harian Rabu, tanggal 29 April 2009

INVESTASI DI MASA DEPAN
Maleakhi 4

Suatu hari, tanpa sengaja saya mematahkan sebuah bangku milik sekolah. Lalu saya berinisiatif untuk melaporkan hal itu kepada seorang guru. Sebenarnya saya punya kesempatan untuk tidak melapor, karena tidak ada seorang pun yang tahu saat bangku itu patah. Namun, karena ingin berlaku jujur, saya secara sportif melaporkannya. Pada waktu saya melaporkan kejadian tersebut, terjadilah hal yang tidak saya harapkan. Saya terkena semprot kemarahan guru saya. Hati saya sangat dongkol saat itu. Berbuat jujur, tetapi malah tidak mujur. “Huh … percuma saya jujur, tahu gini mendingan tidak usah lapor.”

Kadang-kadang kita merasa bahwa berbuat baik itu tidak ada gunanya. Bahkan yang lebih menguntungkan justru jika kita berbuat hal yang tidak baik. Firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa hal tersebut bisa saja terjadi dalam hidup kita. Kita bisa memandang bahwa menjadi orang fasik lebih enak dibandingkan menjadi orang yang takut akan Tuhan. Akan tetapi, semuanya akan benar-benar teruji pada hari ketika Tuhan mengadakan penghakiman. Nabi Maleakhi menyatakan bahwa pada hari tersebut orang-orang fasik yang tampak “beruntung” selama masa hidupnya akan seperti jerami yang habis terbakar dalam murka Allah. Sedangkan orang-orang yang takut akan Tuhan akan keluar dengan sorak-sorai dan kegirangan (ayat 1,2).

Ternyata berbuat hal yang baik di dalam Tuhan itu tidak akan percuma. Walaupun kelihatannya “rugi’, hal itu sesungguhnya adalah “investasi” kita untuk hari penghakiman kelak. Pada hari terakhir, semuanya akan terbukti.

JANGAN PERNAH MERASA “RUGI” BERBUAT BAIK KARENA ITU AKAN MENGUNTUNGKAN KITA PADA MASA MENDATANG

Penulis: Riand Yovindra

Saturday, April 25, 2009

~Renungan Harian Sabtu, tanggal 25 April 2009

KISAH SEKUNTUM BUNGA MATAHARI

Yesaya 43:4; Kisah Para Rasul 20:35


Sekuntum bunga matahari tumbuh diantara sampah – sampah dan barang – barang bekas. Bunga matahari itu begitu sedih karena tidak tumbuh di taman yang indah, bersih dan luas seperti teman-temannya yang lain. Di tempat pembuangan sampah dan barang – barang bekas tersebut, tidak ada orang yang menikmati keindahannya, juga tidak ada kupu –kupu yang mau hinggap diatasnya. Bunga matahari tersebut selalu bersedih jika memikirkan nasibnya.

Disuatu pagi yang cerah, seekor burung gereja datang dan hinggap disebuah dahan pohon persis di samping bunga matahari “Hai, kamu kelihatan sangat cantik”, kata burung gereja. “tidak, saya jelek. Lihatlah teman – teman saya yang jauh kelihatan lebih anggun karena tumbuh ditaman yang bersih dan terawatt. Mereka jauh lebih tinggi dan bunganya juga lebih indah”. Jawab bunga matahari sedih. “Tidak menurut saya, kamu jauh lebih cantik,” kata burung gereja. Setelah itu ia terbang meninggalkan bunga matahari. Sejak hari itu, burung gereja selalu mengunjungi bunga matahari dan mereka pun menjadi sahabat.

Hari demi hari, bunga itu memperlihatkan banyak perubahan, warnanya semakin cerah, ia semakin tinggi dan subur. Tetapi beberapa hari kemudian, burung gereja tidak datang lagi menemui bunga matahari. Satu, dua, tiga hari…burung itu tak kunjung muncul. Bunga matahari menjadi cemas apakah yang sudah terjadi terhadap burung gereja. Keesokan paginya, bunga matahari itu diam dan tak berdaya dibawahnya. Dia kelihatan sangat lemah “beberapa hari saya tidak mendapatkan makanan dan saya kini sangat lemah. Saya datang kesini agar mati didekatmu,” kata burung gereja. “jangan …..jangan…….kamu tidak boleh mati,” teriak bunga matahari. Setelah itu, bunga matahari menundukkan kelopak bunganya dan biji-biji bunganya berjatuhan kebawah. Dengan tenaga yang masih tersisa, burung gereja mematuk biji bunga matahari dan memakannya. Ia pun kembali mendapatkan tenaga yang baru. Keesokan paginya ia hendak berterima kasih kepada bunga matahari, tetapi betapa kagetnya dia ketika menemukan kelopak bunga matahari itu telah rontok. “Jangan pikirkan saya, sudah saatnya bagi saya untuk mati. Dulu saya mengira bahwa keberadaan saya disini tidak berguna, tetapi sekarang saya menyadari bahwa Tuhan punya maksud untuk segala sesuatunya. Saya sadar bahwa hidup saya begitu berarti. Kamu sudah menyadarkan saya bahwa hidup saya sangat berarti,” kata bunga matahari.

Saudara, Tuhan punya maksud untuk hidup kita. Dia tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia – sia, jadi buanglah rasa tidak berarti. Temukan dan lakukan sesuatu yang akan memberkati orang lain, dengan demikian hidup kita akan lebih berarti. Berilah juga dorongan kepada mereka yang merasa bahwa hidupnya tidak berarti. Beritahukan kelebihan yang mereka miliki, yang dapat mereka gunakan untuk memberkati sesama.

DOA

Bapa, aku bersyukur karena Engkau punya maksud tertentu dalam hidupku. Pakailah aku untuk memberkati sesame dan memuliakan namaMu. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin

KATA BIJAK

Lakukan sesuatu bagi orang lain dan anda akan merasakan kebahagiaan orang lain.

MUTIARA KATA HARI INI

Ada resiko yang tidak bisa kita hindari jika kita melangkah, tetapi akan lebih berisiko lagi kalau kita tidak melangkah kemana pun.


Sumber : Manna Sorgawi Edisi April 2009


Friday, April 24, 2009

~Renungan Harian Jumat, tanggal 24 April 2009

SUAMI TAKUT ISTRI

Kolose 3 : 18 - 19

======================


Diulang tahun ke-60 pernikahan mereka, sepasang suami istri yang sudah mempunyai banyak cucu dab buyut merayakan ulang tahun pernikahan tersebut dengan meriah. Banyak tamu-tamu yang diundang untuk turut menikmati kebahagiaan yang mereka rasakan.Salah satu dari undangan meminta kepada pasangan suami-istri tersebut untuk memberitahukan rahasianya mengapa pernikahan mereka langgeng. Padahal waktu waktu masih pacaran, mereka selalu beradu pendapat dan bertengkar. Sebelum bercerita, sang suami yang kini sudah menjadi kakek itu memandang kepada istrinya sambil tersenyum.


Semua berawal dari bulan madu kami. Waktu itu kami dua berbulan madu di suatu daerah yang sejuk. Disana kami menyewa keledai sebagai tunggangn. Keledai istri saya seoertinya bermasalah jika berjalan. Baru berjalan sekitar 500 meter, istri saya jatuh karena ulah si keledai. Istri saya berdiri dan menempelkan telunjuknya dijidat keledai sambil berkata, “ini peringatan pertama ya”. Setelah itu dia naik lagi. Tetapi belum sampai 300 meter, istri saya jatuh lagi. Sambil menempelkan jari telunjuknya kejidat keledai, istri saya menatap tajam ke mata keledai itu dan berkata “ini peringatan kedua bagi kamu”. Istri saya naik lagi ke keledai nya. Baru berjalan 200 meter, istri saya jatuh lagi. Ia segera berdiri, menempelkan telunjuknya di jidat keledai itu seraya berkata, “ini peringatan terakhir bagi kamu”. Untuk ketiga kalinya istri saya mencoba menunggangi lagi keledai nya. Baru beberapa langkah istri saya terjatuh lagi untuk ke empat kalinya. Ia pun segera mengambil pistol dari tas nya dan menembak mati sang keledai. Melihat tindakan istri saya, tentu saja saya marah kepadanya. Tetapi ia segera mendekati saya, menempelkan telunjuknya di jidat saya dan berkata, “ini peringatan pertama kamu menentang aku.” Ada dua pelajaran penting yang kita petik dari kisah ini.


Pertama, jangan buat pasangan anda hidup dalam tekanan. Para istri, hormati dan kasihilah suami mu, jangan suka mengancam. Ada rumah tangga yang kelihatannya aman, tetapi sebenarnya salah satu dari pasangan itu mungkin saja hidup dalam ketertekanan. Sekalipun anda mendapatkan pasangan yang sabar dan bisa menuruti semua keinginan anda, tetapi ingatlah bahwa jauh didalam hati kecilnya dia juga ingin sama seperti anda, ingin merasakan kebebasan. Dan lagi, bukankah kewajiban istri untuk menghormati suami dan tunduk kepadanya?? (Kol 3: 18)


Kedua, mengalah terhadap pasangan sangatlah penting. Salah satu alas an megapa sebuah rumah tangga bisa langgeng adalah karena ada yang mau mengalah. Flp 2:4 mengajarkan agar kita tidak hanya memperhatikan kepentingan kita sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Mengalah merupakan wujud dari kepedulian kepada orang lain.


DOA

Bapa, jadilah kepala atas rumah tangga kami dan berilah kami hati yang saling menghormati, mengasihi dan mau mengalah. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin


KATA BIJAK

Pasangan adalah belahan jiwa kita, menyakiti hatinya sama saja menyakiti diri sendiri.


MUTIARA KATA HARI INI

Jika anda terus melatih diri, maka anda tidak hanya akan menjadi orang ahli yang terlatih, tetapi juga akan ahli melatih.


Sumber: Manna Sorgawi Edisi April 2009


Thursday, April 23, 2009

~Renungan Harian Kamis, tanggal 23 April 2009

MENGENAL SANG GEMBALA
Mazmur 23 : 1-6



Sebuah gereja hendak merayakan ulang tahunnya yang ke - 200. Jemaat mempersiapkan acara yang sangat meriah untuk perayaan ulang tahun tersebut. Orang-orang yang berada disekitar gereja itu turut di undang. Pak Pendeta menyambut dengan ramah semua tamu yang datang, sambil mempersilahkan mereka duduk. Pendeta itu dikenal sebagai orang yang sangat baik, ia disukai oleh jemaatnya dan semua orang yang mengenalnya begitu sayang kepadanya.

Untuk acara hiburan, pendeta sudah mengundang seorang aktor terkenal untuk menyampaikan sambutan dalam perayaan ulang tahun gereja tersebut. Para undangan sudah tidak sabar untuk mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh aktor terkenal itu. Ketika memulai sambutannya, para undangan kaget karna aktor tersebut memulainya dengan membacakan Mazmur 23, "Tuhan gembalaku yang baik". Para undangan tidak sabar ingin mendengarkan bagai mana seorang aktor menguraikan Mazmur 23. Setelah selesai memberikan sambutan, hadirin memberikan tepuk tangan yang meriah. Tetapi aktor itu mendekati pendfeta dan memintanya untuk mengupas Mazmur 23 dengan caranya sendiri. Pendeta tersebut tidak yakin bahwa kupasannya akan menarik, karena sebelumnya, aktor terkenal sudah mengupas topik yang sama. "saya ini bukan aktor, para undangan akan menertawakan saya setelah mendengar anda". Tetapi karena dipaksa, dengan enggan Pendeta itu maju ke depan.

Pendeta mulai berbicara tentang Mazmur 23 dab dia terus berbicara mengenai "Tuhan gembala yang baik", topik yang sangat dicintainya. Para undangan diam dan mendengarkan hingga pendeta menyelesaikan sambutannya. Sebagian besar orang yang hadir meneteskan air mata, kemudian terdengarlah tepuk tangan yang sangat meriah memenuhi ruangan. Setelah pendeta duduk, aktor itu berbisik kepadanya "Coba lihat kawan, saya mungkin tahu tentang Mazmur itu, tetapi yang pasti anda mengenal sang Gembala."

Mengenai Yesus artinya memiliki pengalaman hidup bersama dia dan bukan sekedar tahu tentang Dia. Pengetahuan tentang Yesus lebih melibatkan pikiran, tetapi pengenalan akan Yesus lebih melibatkan hati. Tentu pengenalan Yesus tidak terjadi begitu saja. Butuh kesediaan kita untuk membangun hubungan denganNya didalam Do, perenungan, penyembahan dan pembacaan Firman Tuhan.

Suatu malam usai berdoa, saya terdorong menyanyikan lagu "How Great Thou Art" atau "Aku memuji KebesaranMu". Saya menyanyikan lirik - demi lirik dengan air mata mengalir, karena saya mengenal gembala yang ajaib itu, saya mengalami keajaiban demi keajaiban yang Ia lakukan didalam hidup saya. Saya bersyukur untuk pasangan hidup, anak, kesehatan, tempat tinggal, pekerjaan dan segalanya. Bagi saya semua itu adalah keajaiban dari Sang Gembala, keajaiban yang hanya disadari oleh mereka yang mengenal Nya.

DOA
Ya Tuhan, aku bersyukur karena mengenalMu. Terimakasih untuk banyak hal yang sudah Engkau beri kepadaku. Dalam nama Tuhan Yesus aku bersyukur. Amin

KATA BIJAK
Jika kira mengenal seseorang dengan baik, maka kita akan lebih mudah mempercayainya.

MUTIARA KATA HARI INI
Jangan menjadikan kesibukan sebagai alasan untuk meninggalkan kebiasaan untuk mengembangkan diri.

Sumber Manna Sorgawi Edisi April 2009

Tuesday, April 21, 2009

~Renungan Harian Selasa, tanggal 21 April 2009

SANG PENGADIL
1 Samuel 8:1-3; 13


Seorang wasit adalah seorang penengah, penentu dan pemimpin suatu pertandingan. Apakah kita pernah memperhatikan beratnya posisi sebagai wasit?? Dalam kaitannya dengan pertandingan, paling tidak ada dua hal yang selalu mengancam keberadaan seorang wasit, yaitu :

Pertama, Ketidaknetralan. Ada dua hal yang menyebabkan seorang wasit bertindak tidak netral, yaitu ketakutan akan terjadinya aniaya dari pihak tuan rumah. Sudah jadi rahasia umum kalau tuan rumah selalu minta di istimewakan dan dibela oleh wasit. Disamping itu, wasir bertindak tidak netral karena uang suap. Dia akan membela pihak yang menyuapnya.

Kedua, tindak kekerasan. Hampir selalu tindak kekerasan terhadap seorang wasit dilakukan oleh pihak yang merasa dirugikan. Sebut saja dua peristiwa berikut ini : Wasit Herman dipukul oleh seorang manager sebuah tim sepak bola basket ketika memimpin pertandingan basket pada tanggal 15 November 2008, Wasit Muzair Usman dikeroyok oleh pemain sepakbola pada saat memimpin pertandingan sepak bola 12 November 2008. Wasit Jusman R. yang menggantikan Muzair juga dikeroyok pemain sepak bola yang sama. Terlepas dari kelemahan wasit, tetapi tindak kekerasan tersebut tentunya membuat miris wasit lainnya.

Meskipun dua ancaman tersebut selalu membayang-bayangi keberadaan wasit, masih ada juga wasit yang jujur, adil dan berani untuk menghadapi setiap kemungkinan pertandingan terjelek sekalipu. Wasit-wasit seperti inilah yang dibutuhkan untuk memimpin sebuah pertandingan yang bukan saja akan menaikkan citra lembaga perwasitan, tetapi juga citra olah raga itu sendiri.

Berbicara mengenai wasit, tidak ada bedanya dengan seorang Hakim, juga untuk setiap orang Kristen, semua harus bertindak Jujur, adil dan berani. Banyak tekanan yang akan dialami ketika seorang hakim bertindak benar. Tetapi, tidak sedikit pula godaan yang harus dihadapinya agar mau bertindak tidak benar, terutama uang suap yang siap diberikan kepadanya. Samuel adalah contoh dari seorang hakim yang jujur, adil dan berani. Samuel tidak mengejar laba, tidak menerima suap dan tidak memutar balikkan keadilan seperti yang dilakukan anak-anaknya. Dia pun berani menegur Saul, yang adalah seorang Raja.

Sekalipun bukan seorang wasit atau hakiim, setiap orang Kristen tetap harus bertindak jujur, adil dan berani. Bisa jadi orang akan marah dan membenci kita ketika kita terang-terangan menyatakan kesalahannya. Atau, ketika kita tidak mau menerima sesuatu untuk tutup mulut atas ketidakbenaran. Juga ketika kita tidak mau berpihak kepadanya karena dia salah. Tetapi resiko yang mungkin akan kita akan kita tanggung itu seharusnya tidak menyurutkan nyali kita untuk tetap bertindak jujur, adil dan berani. Sebab, sesungguhnya Tuhan berkenan kepada kita dan akan membela kita.

DOA
Bapa, kiranya Engkau memampukan aku untuk mengalahkan godaan dan ketakutan untuk bisa bertindak jujur, adil dan berani. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin

KATA BIJAK HARI INI
Allah akan berpihak kepada kita ketika kita tidak berpihak kepada ketidak benaran.

MUTIARA KATA HARI INI
Tak seorangpun bisa menjadi pemimpin yang hebat, bila segalanya dikerjakan seorang diri atau karena ingin mendapatkan pujian.

Sumber Manna Sorgawi edisi April 2009

Saturday, April 18, 2009

~Renungan Harian Sabtu, tanggal 18 April 2009

Perjuangan Iman Genesius
2 Korintus 4:17; Wahyu 2:10


Banyak sekali cerita tentang perjuangan iman saudara-saudara kita pada masa lalu. Jika saat ini kita merasa nyaman untuk berbakti dan bisa melayani Tuhan dengan leluasa, ingatlah selalu saudara- saudara kita yang menghadapi pergumulan berat untuk mempertahankan iman mereka. Dengan mengingat ini, kita tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk berbakti dan melayani Tuhan. Berikut ini adalah salah satu poerjuangan iman sekaligus pengorbanan yang bisa membangkitkan keberanian kita untuk memeberitakan nama Yesus.

Ada satu penganiayaan terhadap ke Kristenan yang terjadi pada masa pemerintahan Diolection pada tahun 284 M. Diolection adalah anak seorang budak, awalnya ia mempelajari buku – buku Kristiani. Namun seiring dengan pertumbuhan iman orang – orang Kristen dan munculnya bangunan – bangunan gerejja di kotakota besar, Diolection pun mulai menganiaya orang – orang Kristen. Penghinaan terhadap agama dan orang – orang Kristen dilakukan secara terang-terangan. Suatu hari di tahun 330 M, diadakan sebuah sandiwara di Roma dimana Diolection hadir disana. Salah seorang actor bernama Ganesius masuk panggung sambil berlari dan kemudian terjatuh di lantai. Sambil menangis ia berkata “Saya merasa sangat berat. Saya ingin dibuat ringan. Saya ingin mari sebagai orang Kristen, sehingga saya boleh terbang bertemu Tuhan sebagai pengungsi.” Seorang pendeta dan pengusir setan berlari kepadanya dan melakukan ritual baptisan pura-pura terhadapnya.

Semua hadirin tertawa terbahak – bahak melihat sandiwara yang sengaja dilakukan untuk mengolok – olok Yesus dan kekristenan tersebut. Tetapi tak disangka Genesius mengalami lawatan Tuhan pada saat dia berakting untuk dibabtis dengan maksud mengolok-olok kekristenan. Secara tiba-tiba hatinya merasakan dorongan yang sangat kuat dan ia berteriak, “Aku mau menerima kasih karunia dari Yesus agar aku dapat dilahirkan kembali dan dibebaskan dari dosa yang selama ini mengikatku.” Orang banyak masih tertawa karena menyangka bahwa ia masih berakting. Tiba – tiba ia berdiri dan menginterupsi sandiwaranya. Sambil menatap hadirin ia berkata “Kaisar dan semua yang menertawakan sandiwara ini percayalah bahwa Kristus adalah Tuhan yang sejati.” Kaisar Diolection sangat marah dan memerintahkan agar Genesius disiksa, namun ia tetap menyerukan bahwa Yesus adlah Tuhan dan Raja. Ia berkorban demi imannya dengan cara mati dipenggal kepalanya.

Seberapa besar kita telah berjuang untuk mempertahankan iman kita kepada Yesus? Seberapa berani kita menyuarakan bahwa kita adlaah orang Kristen? Begitu banyak orang Kristen yang kalah mempertahankan imannya. Ada yang menjual imannya karena harta atau pasangan hidup, atau untuk mendapatkan kedudukan.


DOA

Tuhan Yesus, beri aku keberanian untuk menyaksikan bahwa Engkau adalah Tuhan dan kuatkanlah aku didalam perjuangan iman. Dalam nama Tuhan Yesus aku mohon. Amin

KATA BIJAK

Perjuangan iman menuntut pengorbanan, tetapi kemudian menghasilkan kemenangan yang gemilang.

MUTIARA KATA HARI INI

Agar kita tetap eksis maka kira perlu berubah, karena perubahan akan menghasilkan kematangan, dan kematangan yang akan menciptakan diri kita.


Sumber Manna Sorgawi Edisi April 2009



Friday, April 17, 2009

~Renungan Harian Jumat, tanggal 17 April 2009

TUHAN TEMPAT PERLINDUNGAN

Mazmur 31 : 4-5; 46:2


Masyarakat kita banyak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat mistik. Di daerah saya meskipun mayoritas Kristen, tetapi masih banyak juga yang menunjukkan rasa hormat dan persahabatan terhadap setan – setan. Keyakinan kepada Tuhan berjalan beriringan dengan keyakinan kepada setan-setan. Bahkan kadang-kadang terkesan bahwa orang lebih takut kepada setan daripada Tuhan. Saya mengatakan seperti ini karena orang tidak segan-segan untuk mencuri atau memilih tidak ke gereja di hari Minggu tanpa rasa bersalah. Tetapi disisi lain mereka lebig menunjukkan rasa hormat kepada setan-setan dengan melakukan ritual tertentu.

Banyak kebiasaab turun-temurun yang masih dipelihara hingga saat ini, misalnya : ketika seseorang membuat tape ketan, maka ia akan menyisihkan satu sendok makan dari ketan yang sudah dicampur dengan ragi, membungkusnya dengan daun pisang, lalu menyelipkannya di samping luar rumah. Bungkusan itu diperuntukkan bagi setan-setan agar bisa terjadi fermentasi yang baik. Ketika seseorang akan membuka lahan baru atau mengolah lahan yang baru, maka ia harus meminta izin terlebih dahulu kepada “tuan tanah”, yaitu setan-setan. Jika tidak maka keluarganya akan diganggu, begitu pula dengan hasil tanah nya. Daun jarak dan kencur juga diyakini bisa mengusir setan-setan. Menurut tradisi, orang yang sedang sakit menjadi incaran setan-setan, sehingga orang akan menaruh daun jarak dan kencur disekeliling jendela rumah. Tidak jarang juga orang Kristen pergi kepada orang pintar untuk mendapatkan ilmu kekebalan dan perlindungan dari bahaya.

Kebiasaan – kebiasaan diatas merupakan kekejian bagi Tuhan. Mengapa kita lebih percaya kepada setan dari pada Tuhan yang berkuasa dan empunya langit dan bumi? Daud begitu percaya kepada Tuhan dan menjadikanNya gunung batu perlindungan yang tak terkalahkan. “sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama Mu Engkau menuntun dan membimbing aku. Engkau akan mengeluarkan aky dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku.”

(Mzm 31 : 4 – 5). Daud menaruh percaya kepada Tuhan karena ia punya pengalaman dengan Tuhan, ia bergaul begitu dekat dengan Tuhan.

Jadikanlah Tuhan sebagai tempat perlindungan bagi kita dan putuskanlah hubungan dengan setan – setan. Sesungguhnya orang yang menjadikan Tuhan sebagai tempat perlindungannya, tidak akan pernah goyah. Tidak ada satu kuasa atau kekuatan apapun yyang akan mencelakakannya, karena Tuhan menjadi perisai baginya. Jangan lagi perhambakan diri kepada Setan, karena kita adalah anak – anak Raja.

DOA

Tuhan, aku meminta perlindungan dari padaMu, karena Engkaulah Tuhan yang kupercaya dan yang kuasaNya tidak tertandingi. Dalam nama Tuhan Yesus aku mohon. Amin

KATA BIJAK

Perlindungan yang ajaib akan dinyatakan bagi mereka yang mangandalkan Tuhan.

MUTIARA KATA HARI INI

Anda tidak perlu menunggu berhasil untuk melakukan sesuatu, sebab Anda tidak berhasil jika anda tidak mulai melakukan sesuatu. Les Brown

Sumber : Manna Sorgawi (Mansor)

~Renungan Harian Kamis, tanggal 16 April 2009

Renungan Harian Kamis, 16 April 2009

SARJANA DI USIA SENJA
Baca Nehemia 6 : 15 - 16

Adalah seorang ibu yang juga boleh di sebut sebagai seorang nenek karena sudah mempunyai cucu, bernama Julinah Soenartuti. Usianya sudah mencapai 77 tahun. Orang biasa memanggilnya dengan sebutan Ibu Roedjito. Salah satu hal yang bias diteladani dari Ibu Roedjito adalah semangatnya. Ibu Roedjitoo sangat bersemangat untuk belajar. Bias dibayangkan, diusianya yang sudah 77 tahun tersebut, Ibu Roedjito memperoleh gelar Sarjana Theologia dari sekolah Tinggi Theologia Skriptura, Depok. Tentu saja ada yang pro dan kontra dengan keberhasilan Ibu Roedjito menyandang gelar Sarjana Theologia tersebut. Tetapi sejauh yang terdengar, kebanyakan orang memuji keberhasilannya “Bukan Ibu Roedjito kalau tidak bisa meraih gelar itu,” kata seorang hamba Tuhan yang selalu memantau dan turut membantu dalam keberhasilan Ibu Roedjito. Seorang hamba Tuhan yang lain berkata “ Ibu luar biasa, saya sendiri sudah sering lupa dan tidak bisa mengingat pelajaran-pelajaran”.

Keberhasilan Ibu Roedjito menggugah semangat kebanyakan pemuda, khususnya yang masih bersekolah. “wah sauya jadi bersemangat kembali”. Malu kalah dari Ibu Roedjito” kata seorang pemuda.di usia yang sudah 77 tahun, gelar itu sendiri tentunya sudah tidak banyak berguna, tetapi pelajaran yang didapatkan membantu Ibu Roedjito dalam pelayanan yang masih aktif digelutinya ”Saya tidak semata-mata mengejar gelar, tetapi pelajara yang saya dapat bisa menjadi bahan evaluasi dari pelayanan yang selama ini saya lakukan dan jika ada yang belum saya lakukan akan saya lakukan”, kata Ibu Roedjito. Dalam meraih gelar tersebut, bukan berarti lancar-lancar saja. Ada juga kendala yang dihadapi Ibu Roedjito, khususnya dalam penulisan skripsi. Adakalanya merasa sangat kesulitan dan mengalami kekecewaan, bahkan tidak jarang mengalami sakit, tetapi semangatnya untuk berhasil membuat Ibu Roedjito bisa mengatasi masalah-masalah tersebut. Meskipun demikian, Ibu Roedjito tetap mengakui bahwa Tuhanlah yang menolongnya sampai dia berhasil.

Kisah tokoh-tokoh yang mempunyai semangat tinggi juga di catat dalam Alkitab. Salah satunya adalah kisah Nehemia. Nehemia adalah orang yang mempunyai semangat tinggi dan pantang menyerah. Dia berhasil mengalahkan sehala tantangan dalam usahanya membangun kembali tembok Yerusalem. Sekalipyn demikian, dia juga mengaku bahwa keberhasilannya itu adalah pertolongan Tuhan.

Untuk mencapai keberhasilan memang tidak mudah. Banyak kesulitan yang siap menghadang langkah kita. Kesulitan itu akan terus mendesak kita untuk berkata “Mustahil.” Kita membutuhkan pertolongan Tuhan. Tetapi Tuhan akan menolong jika kita tetap mempunyai semangat untuk meraih keberhasilan itu dan siap mengatasi segala kesulitan yang ada. Untuk itu tetaplah semangat dan berserahlah kepada Tuhan.

DOA
Bapa, aku ingin berhasil. Aku bersemangat untuk mencapainya. Tolonglah aku jika aku mengalami kesulitan. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin

KATA KATA BIJAK HARI INI
Perpaduan antara semangat dan pertolongan Tuhan membuahkan hasil yang menakjubkan.

MUTIARA KATA HARI INI
Memang engkau tidak selalu memenangkan permainan hidup, tetapi akan berguna kalau dirimu sudah bermain.

Sumber : Manna Sorgawi (Mansor)

~Renungan Harian Senin, tanggal 13 April 2009

Renungan Harian Senin, 13 April 2009

KASIH YANG TERUJI
Baca 1 Timotius 5 : 23

Siang itu adik sepupuku datang ke kos dengan membawa tas berisi makanan yang dikirimkan tanteku yang bungsu. Tante yang selama beberapa waktu ini hampir kuabaikan karena kesibukan kerja dan pelayanan. Di sela-sela kesibukannya, tante masih sangat memperhatikanku, terutama ketika aku sakit. Kalau mendengar aku sakit, tante selalu berkata, "Siapa yang mengurus makananmu di kos? Datang saja ke sini karena di sana tidak ada yang mengurusmu, semua temanmu kan kerja. Kau sudah pergi ke dokter? Kalau tidak ada uang beritahu Tante ya, biar tante transfer." Itulah bentuk perhatian tante yang selalu menyejukkan hati.

Aku ingat, dulu tantelah yang membawaku pertama kali ke Jakarta walaupun dia sendiri memiliki empat orang anak berusia remaja yang cukup menyita waktu dan tenaganya. Tante tak pernah menganggapku sebagai orang lain, dia selalu menganggapku seperti putrinya sendiri. Masih terekam kuat di benakku, semasa aku kuliah dia selalu menunjukkan kemurahan hatinya. Setiap kali aku akan pulang ke kos, dia selalu mengisi tasku dengan bekal untuk 2 hari dan tak lupa menyelipkan uang Rp. 20.000,-. Uang itu begitu berharga bagiku yang memiliki banyak kebutuhan. Suatu kali ketika aku terkena penyakit yang cukup serius, dia begitu telaten mengurusku sampai ibuku datang dari Sumatera.

Siang itu setelah sepupuku pulang, aku menelepon tante untuk mengungkapkan rasa terima kasihku. "Tan, terima kasih banyak untuk semua perhatian dan kebaikan Tante yang tak pernah berubah," kataku dengan suara yang bergetar karena haru, "Kau ini kenapa kok tiba-tiba ngomong seperti itu?" tanya tante. "Tan, maaf ya kalau selama ini aku jarang pulang ke rumah Atante karena sibuk kerja dan pelayanan," kataku melanjutkan. "Ya, Tante maklum kok. Makanannya dimakan, istrahat yang cukup dan jangan lupa tetap berdoa ya biar cepat sembuh." Katanya berpesan. Keluarga adalah harta berharga yang seharusnya tidak boleh lalai untuk diperhatikan. Keadaan sakit selama beberapa hari telah membuatku kembali merenung dan membuat komitmen yang baru untuk lebih memberikan waktu bagi keluargaku serta orang-orang yang mengasihiku dengan ketulusan hati mereka. Tanpa dukungan mereka, pastilah lebih sulit menghadapi hari-hari yang berat seperti ini.

"Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah." Firman ini menunjukkan kepada kita bagaimana Rasul Paulus peduli dengan kesehatan Timotius. Perhatian yang ditunjukkan oleh Paulus merupakan wujud kasih Kristen yang sudah teruji, yang tidak lagi melihat dan mengutamakan kepentingan diri sendiri, namun juga mau peduli kepada kebutuhan orang lain. Sebagai murid-murid Kristus, mari kita belajar untuk mengasihi sesama kita lebih lagi, terutama keluarga dan teman-teman yang ada di sekitar kita.

DOA
Tuhan, aku berterima kasih untuk mereka yang tetap menjadi saudaraku di dalam kesesakan. Berkatilah mereka dengan kelimpahan kasihMu. Dalam nama Tuhan yesus aku berdoa, Amin.

Kata Kata Bijak Hari Ini
Kasih bukanlah kata-kata indah yang diucapkan, tetapi perhatian dan tindakan yang lebih nyata. (Ester Chim)

Mutiara Kata Hari Ini
Jangan pernah kehilangan pandangan untuk meraih prestasi terutama ketika kesusahan, kesulitan dan penderitaan menghimpit. (Henry Fielding)

Sumber : Manna Sorgawi (Mansor)

~Renungan Harian Minggu, tanggal 12 April 2009

Renungan Harian Minggu, 12 April 2009

PASKAH, CERITA BERSAMBUNG
Baca Yohanes 8 : 34 - 36; Galatia 5 : 1

Di suatu siang, seseorang bertanya, "Musa, mengapa kami disuruh mengoleskan darah kambing domba di ambang pintu dan kedua tiangnya? Mengapa kami tidak boleh keluar rumah di malam ini? "Musa menjawab, "Kamu turuti sajalah dan perhatikan kejadian dahsyat malam nanti." Benar, malam itu terdengar tangisan di negeri itu karena semua anak sulung mati, kecuali anak sulung Musa dan teman-temannya. Paginya Musa berkata, "Mari, kita pergi." "Ke mana?" tanya seseorang. "Ke tempat yang dijanjikan Tuhan," jawab Musa. Mereka pun pergi dalam sebuah perjalanan panjang. Tiba di suatu tempat, tiba-tiba seseorang berteriak, "Musa, pemimpin negeri yang kita tinggalkan sedang mengejar kita. Dia membawa banyak tentara, sedang di depan kita ada laut!" "Tenang saja, Tuhan akan membelah laut ini dan kita bisa berjalan melewatinya." jawab Musa. Terjadilah seperti yang dikatakan Musa. Musa dan teman-temannya berjalan melalui tempat kering, sementara pengejarnya ditenggelamkan oleh air laut yang tiba-tiba saja mengalir kembali menutupi tempat tersebut. Musa dan teman-temannya pun bersukacita. Mereka melanjutkan perjalanan panjangnya dan setelah melewati berbagai tantangan, mereka sampai ke tempat yang dijanjikan Tuhan. Mereka hidup dan beranak-cucu di tempat itu.

Bertahun-tahun kemudian, terjadi peristiwa yang sangat memilukan. Seorang yang dituduh dengan tuduhan palsu dihukum mati dengan cara disalib. "Sebenarnya Dia itu siapa, kok disalib? Dan katanya Dia sudah bangkit dari kematian?" tanya seseorang. Seseorang berjubah putih menjawab, "Dia orang sesat. Dia menyamakan diri dengan Allah. Bahkan selalu memojokkan hamba-hamba Allah. Dia layak disalib. Saya tidak percaya kalau Dia bangkit." Tetapi ada yang menyanggah, "Tidak! Dia adalah orang yang dijanjikan Allah. Dialah Yesus, Sang Mesias. Semua kejadian yang berhubungan dengan Dia sama dengan yang ditulis di Kitab Suci kita. Dia mati karena mau membebaskan kita dari belenggu dosa. Dan benar bahwa Dia sudah bangkit, untuk membuktikan dan menjamin kemenanganNya atas dosa. Bukankah kita pun mengharapkan pembebasan?" Maka terjadilah perpecahan di antara mereka. Mereka yang setuju dengan sanggahan itu membentuk kelompok sendiri.

Selama bertahun-tahun, kelompok ini bertambah banyak dan tersebar ke seluruh penjuru bumi. Di suatu tempat, seseorang dari kelompok ini berkata, "Apa yang kita harapkan lagi, bukankah kita sudah bebas dari belenggu dosa?" Yang lain menjawab, "Benar, kita sudah bebas dari belenggu dosa. Tetapi, kita harus memberitahukan kepada mereka yang masih terbelenggu dalam dosa bahwa Yesus sanggup membebaskan mereka juga. Yesus yang telah mati dan bangkit itu berkuasa menyucikan mereka dari dosa. Beritahukan kepada mereka bahwa Yesus yang sudah bangkit dari kematian adalah Tuhan yang berkuasa mengampuni dosa dan membebaskan mereka dari segala keterikatan."

DOA
Bapa, mampukan aku memaknai Paskah dengan benar, sehingga aku bisa terus berharap akan kemenangan dari berbagai belenggu yang mengikatku. Dalam nama yesus, Amin.

Kata Kata Bijak Hari Ini
Paskah berarti pembebasan orang percaya dari belenggu-belenggu di semua sisi kehidupannya.

Mutiara Kata Hari Ini
Setiap kesulitan menyimpan potensi untuk membuka mata pikiran dan mata hati (Myla Kabat-Zinn)

Sumber : Manna Sorgawi (Mansor)