Shalom saudaraku!!
Terima kasih anda telah berkunjug di Renungan Harian Online ini. Saya merasa senang sekali apabila bisa berbagi berkat dengan saudara - saudara seiman.
semoga dengan adanya blog saya ini dapat menyejukkan jiwa anda, dan semoga banyak jiwa yang terpulihkan dengan Renungan Harian Online ini.

Salam dalam Nama Yesus.
Senja Nababan

Saturday, August 30, 2008

~ Renungan Hari ini, 31 Agustus 2008

Minggu, 31 Agustus

Bagai Bumerang
Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana (Amsal 22:8)

Bacaan: Ester 7

Seorang bapak membawa anaknya ke sebuah lembah. "Nak, coba kamu teriakkan sebuah kata," ujarnya. "Untuk apa, Pak?" tanya sang anak. "Coba saja," kata bapak itu lagi. Sang anak menurut. Ia beranjak ke ujung lembah. "Hai!" teriaknya. Sejenak sepi. Tetapi tidak lama kemudian terdengar suara gema dari arah lembah, "Hai... hai... hai..." Begitu pula dengan setiap kata yang diteriakkannya setelah itu. Kembali dengan kata yang sama. Bapak itu pun membukakan hikmah yang hendak ia ajarkan. "Nak, seperti itulah hidup kita. Apa yang kita tabur, itu juga yang akan kita tuai," katanya.

Bacaan hari ini mencatat kejadian yang membuktikan tentang hukum tabur tuai tersebut. Haman—seorang pejabat tinggi negara, sangat membenci Mordekhai—seorang pria Yahudi (Ester 3:5). Ia pun mendirikan tiang untuk menggantung Mordekhai. Lalu menyarankan kepada raja supaya mengadakan upacara penghormatan bagi orang yang telah berjasa kepada raja (ayat 7-9). Sangka Haman, dirinyalah yang akan dianugerahi kehormatan itu. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Raja memberikan kehormatan kepada Mordekhai (ayat 10). Sedang tiang yang Haman dirikan, akhirnya justru digunakan untuk menggantung dirinya (Ester 7:10).

Menabur dan menuai adalah dua hal yang saling terkait. Tidak saja dalam dunia pertanian, tetapi juga dalam hidup sehari-hari. Ketika kita menanam benih padi yang baik, biasanya kita pun akan menuai padi yang baik. Bila kita menabur kebaikan, pada saatnya kita akan menuai kebaikan. Sebaliknya bila kita menabur keburukan, maka pada saatnya juga kita akan menuai keburukan. Seperti Haman. Dan semoga bukan seperti kita —AYA
HIDUP BAGAI BUMERANG, APA YANG KITA LEMPARKAN
ITU JUGA YANG KEMBALI


--------------------------------------------------------------------------------
Ester 7

7:1 Datanglah raja dengan Haman untuk dijamu oleh Ester, sang ratu.
7:2 Pada hari yang kedua itu, sementara minum anggur, bertanyalah pula raja kepada Ester: "Apakah permintaanmu, hai ratu Ester? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi."
7:3 Maka jawab Ester, sang ratu: "Ya raja, jikalau hamba mendapat kasih raja dan jikalau baik pada pemandangan raja, karuniakanlah kiranya kepada hamba nyawa hamba atas permintaan hamba, dan bangsa hamba atas keinginan hamba.
7:4 Karena kami, hamba serta bangsa hamba, telah terjual untuk dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan. Jikalau seandainya kami hanya dijual sebagai budak laki-laki dan perempuan, niscaya hamba akan berdiam diri, tetapi malapetaka ini tiada taranya di antara bencana yang menimpa raja."
7:5 Maka bertanyalah raja Ahasyweros kepada Ester, sang ratu: "Siapakah orang itu dan di manakah dia yang hatinya mengandung niat akan berbuat demikian?"
7:6 Lalu jawab Ester: "Penganiaya dan musuh itu, ialah Haman, orang jahat ini!" Maka Hamanpun sangatlah ketakutan di hadapan raja dan ratu.
7:7 Lalu bangkitlah raja dengan panas hatinya dari pada minum anggur dan keluar ke taman istana; akan tetapi Haman masih tinggal untuk memohon nyawanya kepada Ester, sang ratu, karena ia melihat, bahwa telah putus niat raja untuk mendatangkan celaka kepadanya.
7:8 Ketika raja kembali dari taman istana ke dalam ruangan minum anggur, maka Haman berlutut pada katil tempat Ester berbaring. Maka titah raja: "Masih jugakah ia hendak menggagahi sang ratu di dalam istanaku sendiri?" Tatkala titah raja itu keluar dari mulutnya, maka diselubungi oranglah muka Haman.
7:9 Sembah Harbona, salah seorang sida-sida yang di hadapan raja: "Lagipula tiang yang dibuat Haman untuk Mordekhai, orang yang menyelamatkan raja dengan pemberitahuannya itu, telah berdiri di dekat rumah Haman, lima puluh hasta tingginya." Lalu titah raja: "Sulakan dia pada tiang itu."
7:10 Kemudian Haman disulakan pada tiang yang didirikannya untuk Mordekhai. Maka surutlah panas hati raja.

Thursday, August 28, 2008

~ Renungan Hari Ini, 28 Agustus 2008

Kamis, 28 Agustus

Mengampuni Diri Sendiri
Sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku (2 Samuel 12:23)

Bacaan: 2 Samuel 12:13-24

Setelah David dan istrinya selesai makan pagi, mereka bersiap pergi. Adriana, putri mereka yang baru berusia 2,5 tahun mengikuti ibunya ke kamar. David memanaskan mobil di garasi. Setelah semua siap, ia memundurkan mobil. Tiba-tiba roda mobil melindas sesuatu. David turun dan kaget bukan main. Ia telah melindas Adriana! Anak itu rupanya berjalan keluar garasi tanpa diawasi, lalu terlindas dan tewas seketika. David dan istrinya diliputi rasa bersalah luar biasa. Sulit mengampuni diri sendiri. Pikirnya, "Adriana mati karena kecerobohan kami!"

Raja Daud pernah dihinggapi rasa bersalah serupa. Akibat dosa berzinah dengan Batsyeba, Tuhan menulahi bayi mereka hingga sakit. Daud berusaha keras memohon belas kasihan Tuhan, agar anak itu bisa tetap hidup. Tujuh hari ia berpuasa dan berbaring di tanah. Namun akhirnya anak itu tetap mati! (ayat 18). Semua ini gara-gara ulahnya. Hati Daud pasti dihantui rasa bersalah. Uniknya, setelah kematian anaknya, ia kembali mau makan dan melanjutkan hidup seperti biasa (ayat 20). Daud tak membiarkan diri dikuasai rasa bersalah. Ia sadar, jika suatu hal tak bisa lagi diubah, kita harus menerima kenyataan, seberapapun pahitnya. Berdamai dengan diri sendiri, berbenah diri, dan melanjutkan hidup ke depan. Itu lebih sehat ketimbang terjebak di masa lalu.

Adakah rasa bersalah yang masih menghantui hidup Anda? Seringkah Anda berkata, "Seandainya aku melakukan ini, itu pasti tak akan terjadi"? Berhentilah hidup dalam penyesalan. Tuhan telah mengampuni kesalahan Anda. Jadi Anda pun harus mengampuni diri sendiri —JTI
RASA BERSALAH YANG TIDAK DISELESAIKAN
BAGAI RACUN YANG MEMATIKAN

--------------------------------------------------------------------------------

2 Samuel 12:13-24

12:13 Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.
12:14 Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati."
12:15 Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit.
12:16 Lalu Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah.
12:17 Maka datanglah kepadanya para tua-tua yang di rumahnya untuk meminta ia bangun dari lantai, tetapi ia tidak mau; juga ia tidak makan bersama-sama dengan mereka.
12:18 Pada hari yang ketujuh matilah anak itu. Dan pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan kepadanya, bahwa anak itu sudah mati. Sebab mereka berkata: "Ketika anak itu masih hidup, kita telah berbicara kepadanya, tetapi ia tidak menghiraukan perkataan kita. Bagaimana kita dapat mengatakan kepadanya: anak itu sudah mati? Jangan-jangan ia mencelakakan diri!"
12:19 Ketika Daud melihat, bahwa pegawai-pegawainya berbisik-bisik, mengertilah ia, bahwa anak itu sudah mati. Lalu Daud bertanya kepada pegawai-pegawainya: "Sudah matikah anak itu?" Jawab mereka: "Sudah."
12:20 Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah. Sesudah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan.
12:21 Berkatalah pegawai-pegawainya kepadanya: "Apakah artinya hal yang kauperbuat ini? Oleh karena anak yang masih hidup itu, engkau berpuasa dan menangis, tetapi sesudah anak itu mati, engkau bangun dan makan!"
12:22 Jawabnya: "Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup.
12:23 Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku."
12:24 Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu. TUHAN mengasihi anak ini

Wednesday, August 27, 2008

~ Renungan Hari Ini, 27 Agustus 2008

Rabu, 27 Agustus

Saat Bimbang
Ketika hatiku merasa pahit … aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu. Tetapi aku tetap di dekat-Mu (Mazmur 73:21-23)

Bacaan: Mazmur 73:1-5, 21-26

Aku memanggil-Mu, ingin bergantung pada-Mu, tetapi Engkau tak menjawab. Aku sendirian .... Di mana imanku? Yang ada hanya kehampaan dan kegelapan." Demikianlah Ibu Teresa menuliskan salah satu suratnya. Ketika surat-surat pribadinya dipublikasikan, orang kaget. Tak habis pikir, bagaimana mungkin seorang rohaniwan terkenal seperti dia bisa mengalami kebimbangan hidup? Bahkan, meragukan imannya? Bukankah dunia mengenalnya sebagai tokoh yang begitu mencintai Tuhan dan sesama?

Hal ini tidak mengherankan. Pemazmur pun pernah bimbang akan kehadiran Tuhan. "Seperti hewan aku di dekat-Mu," katanya. Anjing peliharaan hanya paham beberapa instruksi tuannya. Pengertiannya terbatas sekali. Tak bisa ia memahami maksud sang tuan sepenuhnya. Seperti itulah kondisi pemazmur. Ia tak mengerti, mengapa Tuhan membiarkan orang jahat hidup enak dan jaya. Ia yang hidup bersih justru "nyaris tergelincir". Namun ia bertekad, "aku tetap didekat-Mu." Itulah yang membuatnya tetap bertahan di masa bimbang. Akhirnya, pelan-pelan Tuhan membukakan rencana-Nya dan membuat ia mengerti maksud-Nya.

Saat hidup tampak tidak adil, bisa jadi kita pun bimbang. Merasa Tuhan seolah-olah tak ada dan tak berkuasa. Kita meragukan pimpinan-Nya. Ini wajar. Tiap orang percaya pernah mengalaminya. Yang penting bagaimana sikap kita ketika menjalani masa itu. Dalam kebimbangan, Ibu Teresa tetap giat melayani sesama. Pemazmur memilih tetap mendekat pada Tuhan. Kita pun dapat memilih untuk tetap ada di jalan-Nya, sekalipun ada saat di mana hadir-Nya tidak nyata terasa —JTI


MATAHARI SELALU ADA SEKALIPUN AWAN MENUTUPINYA
TUHAN SELALU ADA SEKALIPUN MASALAH KITA MENUTUPINYA

--------------------------------------------------------------------------------
Mazmur 73:1-5, 21-26

73:1 Mazmur Asaf. Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya.
73:2 Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir.
73:3 Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik.
73:4 Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka;
73:5 mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain.

73:21 Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya,
73:22 aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.
73:23 Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku.
73:24 Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.
73:25 Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.
73:26 Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.

Tuesday, August 26, 2008

~ Renungan Hari Ini, 26 Agustus 2008

Selasa, 26 Agustus


Frustrasi?
Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku ...? Berharaplah kepada Allah
(Mazmur 42:6)
Bacaan: Mazmur 42:4-12


Bila Anda frustrasi, jangan merasa sendirian. Anda akan merasa lebih baik saat mengetahui bahwa setiap orang pernah mengalami ini:

* Memberi waktu dan tenaga untuk suatu karya yang tiba-tiba menjadi tak berguna.
* Mengalami kesulitan dalam usaha.
* Mengetahui bahwa jerih payahnya dirusak orang lain.
* Geraknya diperlambat ketika ia sebenarnya sudah terlambat.
* Tidak menemukan peralatan apa pun saat ia sudah siap dengan suatu proyek.
* Melakukan tugas dengan baik tetapi orang lain yang mendapat penghargaan.
* Tidak mendapatkan sesuatu yang sebenarnya sudah di depan mata.
* Rencana-rencana terbaiknya berantakan.
* Segala sesuatu tampak begitu berat.

Para tokoh Alkitab juga pernah frustrasi; mulai dari Abraham yang anaknya diminta kembali oleh Tuhan, Musa yang frustrasi karena bangsa yang dipimpinnya keras tengkuk, Elia yang dikejar-kejar Izebel, Ayub yang merasa apa yang menjadi miliknya tiba-tiba lenyap, dan masih banyak lagi. Namun, mereka tetap tampil sebagai pribadi yang kuat. Apa yang membuat mereka tetap bertahan saat frustrasi? Mereka menanggapi keadaan yang tidak menyenangkan dengan respons yang tepat. Mereka sadar semuanya itu merupakan cara Allah untuk mendewasakan mereka. Bagaimana dengan Anda?

Apakah Anda sedang frustrasi? Belajarlah untuk melihat bahwa yang Anda alami adalah bagian dari rencana Allah yang terbaik. Bila Anda tak berespons dengan tepat, Anda bisa kecewa kepada Tuhan, kepada orang lain yang merugikan Anda, bahkan kepada diri sendiri. Respons yang tepat menentukan langkah Anda selanjutnya! —PK
SATU HAL YANG ANDA BUTUHKAN SAAT FRUSTRASI:
RESPONS YANG TEPAT!

--------------------------------------------------------------------------------
Mazmur 42:4-12

42:4 Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: "Di mana Allahmu?"
42:5 Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.
42:6 Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
42:7 Jiwaku tertekan dalam diriku, sebab itu aku teringat kepada-Mu dari tanah sungai Yordan dan pegunungan Hermon, dari gunung Mizar.
42:8 Samudera raya berpanggil-panggilan dengan deru air terjun-Mu; segala gelora dan gelombang-Mu bergulung melingkupi aku.
42:9 TUHAN memerintahkan kasih setia-Nya pada siang hari, dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku.
42:10 Aku berkata kepada Allah, gunung batuku: "Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?"
42:11 Seperti tikaman maut ke dalam tulangku lawanku mencela aku, sambil berkata kepadaku sepanjang hari: "Di mana Allahmu?"
42:12 Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!

~ Renungan Hari Ini, 25 Agustus 2008

Senin, 25 Agustus

Pembangkangan Parks
Sebab jika seseorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah
(Roma 13:3)


Bacaan: Roma 13:1-7


Tanggal 1 Desember 1955, suatu sore di Montgomery, Alabama. Seorang penjahit wanita kulit hitam tampak lelah ketika pulang bekerja. Ia naik bus dan duduk di baris terdepan, di bangku yang disediakan bagi orang kulit hitam. Seorang pria kulit putih menyusul naik bus. Bangku bagi orang kulit putih sudah penuh. Kemudian ia memerintahkan wanita kulit hitam itu untuk pindah sesuai peraturan yang berlaku.

Wanita itu bergeming. Ia menolak pindah sebagai sikap tak setuju terhadap peraturan yang rasis itu. Maka ia ditangkap dan didenda karena melanggar hukum kota setempat. Wanita pemberani itu seorang kristiani bernama Rosa Parks. Peristiwa "pembangkangan kecil"-nya menyulut gerakan menuntut hak-hak sipil yang bertujuan mengakhiri segregasi (pemisahan) legal di Amerika.

Alkitab mendorong kita untuk tunduk pada pemerintah—atau otoritas yang lebih tinggi (ayat 1,2). Namun, orang kristiani juga jangan takut untuk bersikap bila ada peraturan yang salah (ayat 3). Yesus dan murid-murid-Nya juga berani bersikap demi menjunjung standar moral Allah (Matius 21:23-27). Meskipun dengan melakukannya, mereka harus membayar harga mahal, bahkan ada yang sampai dihukum mati. Mereka memilih untuk lebih menghormati Allah daripada menaati pemerintah (Kisah Para Rasul 4:19,20).

Kita memang perlu patuh kepada pemerintah, tetapi kita juga harus tetap bersikap kritis terhadap pemerintah. Bila pemerintah mengeluarkan peraturan yang menyimpang dari standar kebenaran Allah, kita harus memperjuangkan pembatalannya. Kalaupun terpaksa "tidak patuh" seperti Rosa Parks tadi, kiranya kita dimampukan menanggung konsekuensinya —ARS


KEPATUHAN KEPADA PEMERINTAH
HARUS DISELARASKAN DENGAN KEPATUHAN KEPADA ALLAH

--------------------------------------------------------------------------------

Roma 13:1-7
13:1 Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
13:2 Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.
13:3 Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya.
13:4 Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.
13:5 Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita.
13:6 Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah.
13:7 Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.

Friday, August 22, 2008

~ Renungan Hari Ini, 22 Agustus 2008

Jum'at, 22 Agustus 2008

“Lemah Lembut” Bisa gak jadi penguasa???

Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
( Matius 5:5 )

Mungkin banyak sekali orang yang bertanya – Tanya dan heran melihat ayat diatas. Mengapa orang yang lemah lembut bisa memiliki bumi????
Sedangkan yang terjadi dari waktu ke waktu, dari jaman ke jaman ialah bahwa orang yang kuat dan garanglah yang akan memiliki kekuasaan. Bahkan mungkin sebagian orang menyangka bahwa kelemah lembutan itu hanyalah milik perempuan.

Pada renungan hari ini kita di hantarkan untuk mengenal lebih dalam lagi apa makna sebenarnya dari “Lemah Lembut”. Apabila dilihat dari kata “lemah lembut” itu sendiri, maka apakah arti “Lemah’??.lemah adalah tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan. Namun mengapa orang lemah bisa memiliki bumi??
Begitu juga dengan lembut, bagaimana orang bisa segan dan takut kepada seseorang penguasa yang lembut??
Yesus Kristus menjanjikan, yang akan memiliki bumi bukanlah tuan-tuan tanah. Tetapi para pengikut-Nya yang berhati lemah lembut. Kristus pernah bersabda kepada murid-murid-Nya, “Belajarlah dari-Ku, karena Aku ini lemah lembut dan rendah hati.” Dalam Perjanjian Lama, ada tersurat tentang Dia, “Lihatlah, Rajamu datang kepadamu dengan lembut hati, sambil mengendarai seekor keledai betina.” “Buluh yang terkulai tidak akan dipatahkan-Nya, sumbu yang masih berasap tidak akan dipadamkan-Nya.”

Karena sifat-Nya yang lemah lembut itu, maka semua hati tertarik kepada Yesus. Juga oleh karena janji-Nya, maka jiwa-jiwa yang mengasihi-Nya akan memperoleh bumi. Yesus memberikan teladan, ketika Ia memeluk anak-anak, Ia mengasihi orang-orang yang berhati suci dan sederhana. Ia selalu cepat kaki ringan tangan untuk membantu kaum lemah. Terhadap kaum pendosa, Ia menaruh belas kasihan. Terhadap kekasaran dan kebimbangan para murid-Nya, Ia bersikap murah hati. Selalu, jika mengenai Pribadi-Nya sendiri, Ia tahu mengampuni dan melupakan. Sebelum mengucapkan kecaman bagi orang yang menghujat Roh Kudus, bahwa mereka tidak akan diampuni, Tuhan Yesus bersabda, “Dosa-dosa terhadap Anak Manusia akan diampuni.”
Namun demikian, Ia pun dapat menjadi murka. Dijiwai oleh amarah suci, diusir-Nya orang-orang yang berjual beli dari Bait Allah. Dengan mata yang bersinar-sinar serta perkataan yang berapi-api, ditentang-Nya kaum Farisi yang tidak percaya itu, dan lagi yang tegar hati. Akan tetapi, kekesalan dan kemarahan-Nya tertuju kepada kejahatan, dan bukan dendam pribadi. Tidak pernah Yesus membenci orang yang melakukan kejahatan itu. Tak pernah Yesus bersikap bengis untuk menghukum kekerasan orang lain ataupun untuk membalaskan sakit hati pribadi, yang merupakan tindakan orang lain atas diri-Nya.

Ia tetap berusaha untuk mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Ketika rasul-rasul meminta supaya api jatuh dari langit untuk membasmi orang-orang yang tidak mau menerima pertobatan dari-Nya, Kristus menegur mereka, “Tidak tahukah kamu, roh apa yang sedang merasukimu?”
Kalau kita berlaku menurut Roh Kristus, dengan bersikap lemah lembut dan dalam naungan kemurahan-Nya, maka kita akan memperoleh hati orang lain, dan memiliki hatinya yang terdalam, bahkan kita akan memperoleh bumi ini dengan segala isinya. - Senja
===================================================================

Matius 5 : 5
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.

Amsal 15 : 1

Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.

I Petrus 3
3:4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.

Monday, August 18, 2008

~ Renungan Hari Ini, 20 Agustus 2008

Rabu, 20 Agustus 2008


Intinya Pengendalian Diri!!
(Sipanggaron membawa Dosa)

Pada waktu itu juga tampaklah jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding istana raja, di depan kaki dian, dan raja melihat punggung tangan yang sedang menulis itu. Lalu raja menjadi pucat, dan pikiran-pikirannya menggelisahkan dia; sendi-sendi pangkal pahanya menjadi lemas dan lututnya berantukan.
Bacaan Alkitab, Daniel 5 : 1 - 10
Seorang pria yang tengah mabuk di sebuah lappo tuak bertingkah menjengkelkan dan mengeluarkan kata - kata yang sangat kasar dan kotor.
dia berkata "Siapa yang mau ku ambil malam ini!!, sudah habis minumanku, ga ada tuak, darah pun jadilah!!"(ambil = bunuh). Dia mengoceh sepanjang malam dan memaki siapa saja yang dia lihat. Namun setelah dia sadar dari mabuknya, dia sudah lupa apa yang dia katakan kepada orang - orang malam tadi??, jadi apakah orang ini telah melakukan dosa sementara dia melakukan hal - hal bodoh pada saat dia tidak sadar??? tentu saja dia telah melakukan dosa yang besar dan hanya Tuhan yang bisa menakar berapa besar dosanya. Namun apabila dia bisa menahan dirinya untuk tidak minum pada saat itu, pastilah tidak akan ada perkataan yang kasar dan sekotor yang dia katakan pada waktu dia mabuk sehingga menimbulkan dosa.
Kita juga sering sekali menemukan orang - orang seperti ini dalam dunia Perchattingan, misalnya seorang dengan id "Ephorusbatamsa"...setiap kali dia masuk ke sebuah room, dia selalu mengeluarkan kata - kata yang sangat kasar dan kotor sekali, dia merasa bisa mengatakan apa saja disana karena tidak satupun mengenal dia. Mengapa kira - kira dia berbuat seperti itu???, sebenarnya dia hanya mau bersipanggaron ria atau bercanda dengan model kasar seperti itu, jadi apakah dia telah melakukan dosa, padahal dia hanya bercanda - canda???
jawabannya adalah tentu saja dia telah berbuat dosa, dan hanya Tuhan yang bisa menakar seberapa besar dosanya hanya karena dia tidak bisa mengendalikan dirinya.
Raja Belsyazar adalah seorang Raja yang dosanya di nyatakan langsung pada dirinya lewat sebuah peristiwa ilahi yang disaksikannya. Semua peristiwa itu berawal dari Raja Belsyazar yang mengadakan perjamuan besar untuk para pembesarnya seribu orang banyaknya.
dalam kemabukannya, dia begitu menggebu - gebu ingin menunjukkan kepada semua orang betapa berkuasanya dia, kemudian dia menitahkan orang membawa perkakas dari emas dan perak yang telah diambil oleh Nebukadnezar, ayahnya, dari dalam Bait Suci di Yerusalem, supaya raja dan para pembesarnya, para isteri dan para gundik mereka minum dari perkakas itu. Kemudian dibawalah perkakas dari emas dan perak itu, yang diambil dari dalam Bait Suci, Rumah Allah di Yerusalem, lalu raja dan para pembesarnya, para isteri dan para gundik mereka minum dari perkakas itu; mereka minum anggur dan memuji-muji dewa-dewa dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu.
Dan pada saat itu Allah marah besar atas perbuatanya, sehingga pada waktu itu juga tampaklah jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding istana raja, di depan kaki dian, dan raja melihat punggung tangan yang sedang menulis itu.
dan apakah isi dari tulisan itu?? "Mené, mené, tekél ufarsin" yang artinya :
~ Mené: masa pemerintahan tuanku dihitung oleh Allah dan telah diakhiri;
~ Tekél: tuanku ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan;
~ Peres: kerajaan tuanku dipecah dan diberikan kepada orang Media dan Persia."
apakah yang menyebabkan Raja Belsyazar mendapatkan hukuman yang seberat itu??
jawabannya adalah sangat sepele, yaitu hanya karena dia tidak bisa mengendalikan dirinya untuk tidak minum terlalu banyak. Apabila dia bisa mengendalikan dirinya dan tidak minum sampai mabuk, maka hukuman atas dirinya belum tentu akan di nyatakan Allah.
Begitupun dalam kehidupan kita sehari - hari, kita sering sekali tidak bisa mengendalikan diri kita untuk tidak melakukan dosa, karna dalam hal sekecil apapun yang kita lakukan, si iblis selalu menawarkan kita untuk berbuat dosa dan semuanya itu tergantung kepada kita. apakah kita mau mengikuti si iblis atau mengendalikan diri kita dengan berpegang teguh kepada perintah Allah. Jadi pengendalian diri adalah obat yang paling manjur untuk menjauhkan kita dari dosa - Senja.
----------------------------------------------------------------------------------------------

RAJA BELSYAZAR TIDAK BISA MENGENDALIKAN DIRINYA
Daniel 5 : 1-10

5:1 Raja Belsyazar mengadakan perjamuan yang besar untuk para pembesarnya, seribu orang jumlahnya; dan di hadapan seribu orang itu ia minum-minum anggur.
5:2 Dalam kemabukan anggur, Belsyazar menitahkan orang membawa perkakas dari emas dan perak yang telah diambil oleh Nebukadnezar, ayahnya, dari dalam Bait Suci di Yerusalem, supaya raja dan para pembesarnya, para isteri dan para gundik mereka minum dari perkakas itu.
5:3 Kemudian dibawalah perkakas dari emas dan perak itu, yang diambil dari dalam Bait Suci, Rumah Allah di Yerusalem, lalu raja dan para pembesarnya, para isteri dan para gundik mereka minum dari perkakas itu;
5:4 mereka minum anggur dan memuji-muji dewa-dewa dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu.
5:5 Pada waktu itu juga tampaklah jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding istana raja, di depan kaki dian, dan raja melihat punggung tangan yang sedang menulis itu.
5:6 Lalu raja menjadi pucat, dan pikiran-pikirannya menggelisahkan dia; sendi-sendi pangkal pahanya menjadi lemas dan lututnya berantukan.
5:7 Kemudian berserulah raja dengan keras, supaya para ahli jampi, para Kasdim dan para ahli nujum dibawa menghadap. Berkatalah raja kepada para orang bijaksana di Babel itu: "Setiap orang yang dapat membaca tulisan ini dan dapat memberitahukan maknanya kepadaku, kepadanya akan dikenakan pakaian dari kain ungu, dan lehernya akan dikalungkan rantai emas, dan di dalam kerajaanku ia akan mempunyai kekuasaan sebagai orang ketiga."
5:8 Tetapi semua orang bijaksana dari raja, yang telah datang menghadap, tidak sanggup membaca tulisan itu dan tidak sanggup memberitahukan maknanya kepada raja.
5:9 Sesudah itu sangatlah cemas hati raja Belsyazar dan ia menjadi pucat; juga para pembesarnya terperanjat.
5:10 Karena perkataan raja dan para pembesarnya itu masuklah permaisuri ke dalam ruang perjamuan; berkatalah ia: "Ya raja, kekallah hidup tuanku! Janganlah pikiran-pikiran tuanku menggelisahkan tuanku dan janganlah menjadi pucat;

~ Renungan Hari Ini, 18 Agustus 2008

Mengetahui Hari Kematian Membawa dampak Positif
"Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!

Disuatu tempat, saya sedang berbincang – bincang dengan teman – teman saya yang seiman. Tiba – tiba saja arah pembicaraan kami sudah sampai pada bagian “kematian manusia”, saya bertanya kepada mereka “Andai saja kamu tahu kapan hari kematianmu, apa yang akan kau lakukan??”, tentu saja banyak jawaban yang bisa kita dengar, ada yang berkata seperti ini “Aku akan melakukan semua kebaikan di dunia ini, dan aku akan minta ampun kepada Tuhan atas segala dosa – dosaku”. Sementara jawaban lain adalah “aku akan rajin beribadah, rajin berdoa, rajin melakukan hal – hal yang baik di mata Tuhan” dan masih banyak lagi jawaban yang baik yang saya dengar pada waktu itu.

Anda masih ingat terpidana mati Sumiarsih? Yang telah dipenjara selama 20 tahun namun akhirnya harus menjalani eksekusi mati akibat kasus pembunuhan berencana keluarga Letkol (Mar) Purwanto pada tahun 1988.
Ia salah satu manusia di dunia ini yang mengetahui jelas kapan kematiannya, sehingga banyak perbuatan baik yang telah dilakukan disisa hidupnya dan betobat.
Namun timbul sebuah pertanyaan, “Apakah Sumiarsih akan melakukan hal yang sama apabila dia tidak tertangkap dulu??, dan apakah dia akan melakukan kebaikan seperti pada saat lalu apabila dia tidak di eksekusi mati??”

Ternyata kita pun sebagai manusia ada baiknya merenungkan kapankah waktu kita akan mati. Karena apabila semua manusia di Dunia ini tau kapan mereka akan mati, saya rasa akan lebih banyak kebaikan dan pertobatan dari pada kejahatan.
Karena dengan mencoba mengetahui kapan datangnya hari kematian itu kepada diri kita sendiri, kita semakin sadar betapa Fananya hidup di dunia ini, betapa kecilnya kita didunia ini, Bagi Tuhan hidup kita seperti sesuatu yang hampa, dan setiap manusia hanyalah kesia - siaan (Maz 39:6), tidak ada yang abadi di dunia ini.

Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang ini, sementara kita tidak tau kapan hari kematian kita tiba??, yang harus kita lakukan adalah merasa bahwa hidup kita di dunia ini hanyalah sebentar saja, sehingga dalam setiap waktu kita menyerahkan diri kita ke dalam tangan Tuhan, segala rencana hidup kita juga serahkan sepenuhnya kepadaNya,sadarlah bahwa kita hanya berencana di dunia ini, namun Dia yang menentukan.sehingga tidak ada lagi yang merasa dirinya hebat. Dan hendaklah segala perbuatan yang kita lakukan harus didalam nama Yesus, lakukan segala perbuatan yang baik di mata Tuhan, sehingga kapanpun kematian itu datang, kita telah siap dengan bekal kita dalam kehidupan di dunia ini dan kita tidak merasa takut.

Raja Daud adalah seseorang yang nyaris sempurna di mata Tuhan, segalanya telah di berikan Allah kepadanya. Namun walaupun demikian Daud masih saja merasa dirinya Fana di dunia ini.
Sehingga siapakah kita dibandingkan dengan Raja Daud??, adakah kita merasa Fana di dunia ini??
Lakukanlah yang terbaik kepada Tuhan disisa umur kita, dan sadarlah, Hidup kita hanya sementara di dunia ini. - Senja
------------------------------------------------------------------------------------------------
Mazmur 39 : 1 - 14

39:1 Untuk pemimpin biduan. Untuk Yedutun. Mazmur Daud.
39:2 Pikirku: "Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di depanku."
39:3 Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik; tetapi penderitaanku makin berat.
39:4 Hatiku bergejolak dalam diriku, menyala seperti api, ketika aku berkeluh kesah; aku berbicara dengan lidahku:
39:5 "Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!
39:6 Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagi-Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan! S e l a
39:7 Ia hanyalah bayangan yang berlalu! Ia hanya mempeributkan yang sia-sia dan menimbun, tetapi tidak tahu, siapa yang meraupnya nanti.
39:8 Dan sekarang, apakah yang kunanti-nantikan, ya Tuhan? Kepada-Mulah aku berharap.
39:9 Lepaskanlah aku dari segala pelanggaranku, jangan jadikan aku celaan orang bebal!
39:10 Aku kelu, tidak kubuka mulutku, sebab Engkau sendirilah yang bertindak.
39:11 Hindarkanlah aku dari pada pukulan-Mu, aku remuk karena serangan tangan-Mu.
39:12 Engkau menghajar seseorang dengan hukuman karena kesalahannya, dan menghancurkan keelokannya sama seperti gegat; sesungguhnya, setiap manusia adalah kesia-siaan belaka. S e l a
39:13 Dengarkanlah doaku, ya TUHAN, dan berilah telinga kepada teriakku minta tolong, janganlah berdiam diri melihat air mataku! Sebab aku menumpang pada-Mu, aku pendatang seperti semua nenek moyangku.
39:14 Alihkanlah pandangan-Mu dari padaku, supaya aku bersukacita sebelum aku pergi dan tidak ada lagi!"

Saturday, August 16, 2008

~ Renungan Hari Ini, 16 Agustus 2008

Jumat, 16 Agustus 2008

Pegang Alkitab, kok meninggal juga???
(Kisah nyata di gereja kami)


Pada hari Minggu, 3 orang anak bersaudara hendak pergi ke sekolah minggu. Namun mereka menaiki satu sepeda motor, sehingga mereka tarik tiga pergi ke gereja. Sebenarnya 1 orang kakaknya hanya untuk mengantarkan kedua adiknya, di tengah perjalanan adik nya bernama Josua menyuruh untuk berpaling ke jalan yang lain dari jalan yang biasanya untuk mengambil alkitab yang tinggal di warung mereka, dan kakaknya pun mengantarnya.
setelah Josua mengambil Alkitab itu, mereka pun melanjutkan perjalanan ke gereja.

Namun na'as, pada saat di tengah jalan, mereka terjatuh karena menghindari lubang di pinggir jalan raya, dan sesaat ketika mereka terjatuh, si kakak bingung mau angkat adik nya yang mana dulu, yang cowok atau yang cewek, sewaktu kakaknya mau mengangkat adiknya yang cowok (Josua) dia berkata "adik itu aja dulu angkat bang, aku sendiri aja bisa kok?", lalu kakaknya itu mengangkat adiknya yang cewek dan ternyata kaki adiknya itu mmg sudah patah. dan ketika Josua baru saja akan beranjak, tiba - tiba datang sebuah Truk besar menyambarnya dan langsung saja menggilas nya dengan begitu sadis, kemudian supirnya melarikan diri.

Kakaknya menyaksikan kejadian itu dengan mata kepala nya sendiri, betapa hancurnya hati kakaknya melihat kejadian itu, dia langsung berlari melihat Josua yang sudah berlumuran darah, dia berteriak "Toloong!!!, tolongg!! adikku di tabrak orang!!" lalu datang seorang yang sedang melintasi jalan itu (kebetulan dia adalah sintua digereja kami), dan segera menolong, menyetop Taxi untuk segera di larikan ke RS terdekat, mereka segera masuk dan Josua dipangku oleh kakaknya sendiri, sedangkan adiknya yang cewek di pangku oleh sintua. sialnya ketika sampai di Lampu merah, mereka harus berhenti, kakaknya berkata "Pak supir, jalanlah pak, tabrak aja lalu - lintasanya, cepat pak supir!!!" sambil ia menangis melihat keadaan si Josua, "Bangun dek, bangun dek!!!" si Josua kemudian membuka matanya dan melihat ke arah kakaknya, dan di tangannya masih tergenggam erat Alkitab yang di ambil dari warung tadi. Namun ternyata itu adalah saat terakhir sekali dia melihat kakaknhya dan menghembuskan nafas terakhirnya.
lampu berganti menjadi Hijau, supir tancap gas dan sampai di RS, mereka di larikan ke UGD.
sesampainya disana, semua pengantar di larang ikut masuk.
dan kakaknya itu pun sadar kalo adiknya pasti sudah meninggal dan tidak mungkin selamat.

Dokter keluar dari ruangan dan menyatakan Josua telah meninggal dunia, serasa di sambar petir kakaknya pun menangis sekuat - kuatnya sambil belari ke arah adiknya yang telah tiada itu, "Ya Tuhan, kenapa kau ambil adikku!!!, tadi dia mau pergi ke gereja nya, kenapa gak Kau selamatkan adikku ini, lihatlah Tuhan, dia aja pegang alkitab, kenapa tidak Kau tolong dia Tuha!!!!!" dia menangis menyesali semua yang telah terjadi.
ketika itu, Pendeta kami datang ke RS dan melihat keadaan Josua yang sudah meninggal, lalu kakaknya berkata "Lihatlah amang, pegang Alkitab nya adikku ini, kenapa gak di tolong Tuhan dia!!!".

Sering sekali dalam kehidupan ini, kita salah mengartikan arti sebuah Alkitab.
Alkitab sama sekali tidak bisa menyelamatkan apapun dan siapapun di dunia ini dari kematian.
kisah di atas memang sangat menjelaskan bagai mana cara kematian Josua, yaitu tepat pada hari minggu, mau pergi kegereja, sedang memegang Alkitab, terlebih lebih dia adalah salah satu murid sekolah minggu yang paling rajin berdoa, tetapi kenapa dia tidak diselamatkan Tuhan??
ketika Tuhan berkata "sampai disini akhir hidupmu di Dunia ini", maka tidak satupun orang di Dunia ini bisa menghentikan itu, sekalipun Alkitab.
Berjaga - jagalah, karena pada saat Tuhan akan mengambil roh kita ini, Dia tidak melihat apa yang sedang kita lakukan, bahkan pada waktu berdoa saja orang bisa meninggal.

1 Tesalonika 5:2
5:2 karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam.

begitu juga dengan kematian - Senja Nababan

Friday, August 15, 2008

~ Renungan Hari Ini, 15 Agustus 2008

Jumat, 15 Agustus

Buta Rohani
... tetapi supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam dia
(Yohanes 9:3)

Bacaan: Yohanes 9:1-7

Keterlaluan! Di dekat seorang buta yang tidak berdaya, murid-murid bukannya memberi sedekah tetapi malah membicarakan mengapa orang itu buta. "Pasti karena telah berbuat dosa. Tetapi siapa yang berbuat dosa; orang buta ini sendiri atau orangtuanya, ya?" Begitulah obrolan para murid Yesus.

Orang buta itu telah sangat menderita dengan kebutaannya. Kalau orang-orang malah mencurigai dirinya atau orangtuanya telah melakukan dosa, dan lantas hanya mendiskusikan tentu ini hanya menambah penderitaannya. Murid-murid mungkin lupa bahwa mereka sendiri juga orang berdosa (Roma 3:23). Bahkan, jika orang buta itu buta secara jasmani, mereka mungkin saja malah lebih parah, yakni buta rohani.

Yesus tidak terjebak dalam obrolan yang tidak membangun itu. Dia memilih melakukan sesuatu; menyembuhkan mata orang buta itu. Dan yang mengejutkan, Yesus juga berkata: "... bukan dia dan bukan juga orangtuanya, tetapi supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam dia" (ayat 3). Bisa dibayangkan, betapa senangnya si buta mendengar hal itu! Pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dirinya? Wow! Sebelum berjumpa Yesus, baginya semua gelap. Hidupnya serasa hampa tidak berguna. Tak ada yang peduli, apalagi melibatkannya dalam aktivitas. Namun, segalanya berbeda setelah berjumpa Yesus. Sang Terang dunia bukan saja menyembuhkan, tetapi bahkan mau melibatkannya dalam pekerjaan Allah!

Kita, daripada membicarakan dosa orang lain, marilah perbincangkan pekerjaan di ladang Tuhan, yang harus kita kerjakan selagi hari masih siang —MNT


MILIKILAH MATA YANG MELIHAT SEPERTI TUHAN MELIHAT

--------------------------------------------------------------------------------

Yohanes 9:1-7


9:1 Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya.
9:2 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"
9:3 Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.
9:4 Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja.
9:5 Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia."
9:6 Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi
9:7 dan berkata kepadanya: "Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam." Siloam artinya: "Yang diutus." Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek.

Wednesday, August 13, 2008

~ Renungan Hari ini, 14 Agustus 2008

Kamis, 14 Agustus

Menghadapi Kekalahan
... kekalahan yang besar telah diderita oleh rakyat; lagipula kedua anakmu, Hofni dan Pinehas, telah tewas, dan tabut Allah sudah dirampas ... (1 Samuel 4:17)


Bacaan: 1 Samuel 4:16-22
Tiga orang anak sedang bermain lomba adu cepat mobil-mobilan. Sebelum lomba dimulai, salah seorang anak tampak berdoa dengan khusyuk. Setelah lomba berakhir, ternyata anak yang berdoa itu memenangkan pertandingan. Seorang temannya bertanya, "Tadi sebelum lomba kamu berdoa supaya Tuhan membuat mobil-mobilanmu menang ya?" Anak itu menjawab, "Tidak. Saya berdoa kepada Tuhan, supaya kalau kalah saya tidak menangis."

Ketika bangsa Israel mengalami kekalahan hebat dalam peperangan melawan bangsa Filistin; tabut Allah dirampas, ditambah lagi kedua anaknya tewas, hingga Imam Eli amat sangat terpukul. Ia begitu syok, sampai kemudian terjatuh dan mati (ayat 18).

Menghadapi kekalahan memang tidak mudah. Bukan hanya dalam perkara-perkara besar, bahkan juga dalam hal-hal yang kelihatannya sepele, seperti ketika kita beradu pendapat dengan orang lain dalam sebuah diskusi. Tidak heran kalau kemudian banyak orang yang tidak bisa menerima kekalahan, kemudian merasa malu, marah, kecewa, dan kesal, setelah itu mengambek, menangis, bahkan mendendam. Tidak sedikit pula yang lantas malah membuat kesalahan dan memunculkan masalah baru.

Lalu, bagaimana caranya agar kita tidak tenggelam dalam kekalahan? Pertama, terimalah kekalahan sebagai bagian dari kehidupan. Hidup seperti roda yang berputar; ada saatnya kita berada di atas, ada saatnya kita berada di bawah. Kedua, lihatlah kekalahan sebagai sarana bagi kita untuk belajar rendah hati dan bergantung kepada Tuhan. Ketiga, ingatlah bahwa di balik setiap kejadian yang Tuhan izinkan terjadi pasti ada hikmahnya —AYA
KEKALAHAN TERBESAR ADALAH
KETIKA KITA TIDAK BISA MENERIMA KEKALAHAN


--------------------------------------------------------------------------------
1 Samuel 4:16-22
4:16 Kata orang itu kepada Eli: "Aku datang dari medan pertempuran; baru hari ini aku melarikan diri dari medan pertempuran." Kata Eli: "Bagaimana keadaannya, anakku?"
4:17 Jawab pembawa kabar itu: "Orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin; kekalahan yang besar telah diderita oleh rakyat; lagipula kedua anakmu, Hofni dan Pinehas, telah tewas, dan tabut Allah sudah dirampas."
4:18 Ketika disebutnya tabut Allah itu, jatuhlah Eli telentang dari kursi di sebelah pintu gerbang, batang lehernya patah dan ia mati. Sebab telah tua dan gemuk orangnya. Empat puluh tahun lamanya ia memerintah sebagai hakim atas orang Israel.
4:19 Adapun menantunya perempuan, isteri Pinehas, sudah hamil tua. Ketika didengarnya kabar itu, bahwa tabut Allah telah dirampas dan mertuanya laki-laki serta suaminya telah mati, duduklah ia berlutut, lalu bersalin, sebab ia kedatangan sakit beranak.
4:20 Ketika ia hampir mati, berkatalah perempuan-perempuan yang berdiri di dekatnya: "Janganlah takut, sebab engkau telah melahirkan seorang anak laki-laki." Tetapi ia tidak menjawab dan tidak memperhatikannya.
4:21 Ia menamai anak itu Ikabod, katanya: "Telah lenyap kemuliaan dari Israel" --karena tabut Allah sudah dirampas dan karena mertuanya dan suaminya.
4:22 Katanya: "Telah lenyap kemuliaan dari Israel, sebab tabut Allah telah dirampas."

~ Renungan Hari Ini, 13 Agustus 2008

Rabu, 13 Agustus

Cara Pandang
Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya (Bilangan 14:8)

Bacaan: Bilangan 14:1-14

Seorang ibu meminta anak sulungnya membeli sebotol minyak. Dalam perjalanan pulang, si sulung terjatuh. Minyak dalam botolnya tumpah separuh. "Bu, tadi saya jatuh dan menumpahkan minyak setengah botol," katanya. Hari berikutnya, giliran si bungsu yang diminta sang ibu untuk membeli minyak. Kejadian yang sama terulang. Dalam perjalanan pulang si bungsu terjatuh dan minyak yang dibawanya tumpah separuh. "Bu, tadi saya jatuh. Minyaknya tumpah, tetapi saya berhasil menyelamatkan separuhnya," katanya.

Kejadiannya sama, tetapi ada satu hal yang membedakan, yaitu cara pandang. Si sulung melihat pengalamannya secara negatif, sedang si bungsu melihat pengalamannya secara positif. Itu pula yang terjadi pada kedua belas orang pengintai yang diutus oleh Musa. Mereka melihat kenyataan yang sama. Namun, mereka pulang dengan laporan yang jauh berbeda. Sepuluh orang pengintai melihat dengan mata pesimis bahwa tantangan yang mereka lihat tidak mungkin diatasi. Sedangkan dua pengintai lainnya, Yosua dan Kaleb, melihat dengan optimis bahwa dengan pertolongan Tuhan Yang Mahabesar mereka akan mampu mengatasi segala tantangan yang ada di depan.

Kuncinya adalah berfokus pada hal-hal yang positif. Seperti si bungsu dalam cerita di atas, berfokus pada separuh minyak yang berhasil ia selamatkan; Yosua dan Kaleb, juga berfokus pada kasih, penyertaan, dan pemeliharaan Tuhan. Apakah kenyataan yang sedang Anda hadapi saat ini? Coba buat daftar hal baik apa saja yang ada di baliknya. Lalu fokuskan pikiran dan hati Anda pada hal-hal baik itu. Efeknya akan sangat berbeda —AYA


YANG PENTING BUKAN APA YANG TERJADI
TETAPI BAGAIMANA KITA MENYIKAPI
--------------------------------------------------------------------------------
Bilangan 14:1-14
14:1 Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis pada malam itu.
14:2 Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: "Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini!
14:3 Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?"
14:4 Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: "Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir."
14:5 Lalu sujudlah Musa dan Harun di depan mata seluruh jemaah Israel yang berkumpul di situ.
14:6 Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya,
14:7 dan berkata kepada segenap umat Israel: "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya.
14:8 Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.
14:9 Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka."
14:10 Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu dengan batu. Tetapi tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel.
14:11 TUHAN berfirman kepada Musa: "Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya kepada-Ku, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka!
14:12 Aku akan memukul mereka dengan penyakit sampar dan melenyapkan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang lebih besar dan lebih kuat dari pada mereka."
14:13 Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Jikalau hal itu kedengaran kepada orang Mesir, padahal Engkau telah menuntun bangsa ini dengan kekuatan-Mu dari tengah-tengah mereka,
14:14 mereka akan berceritera kepada penduduk negeri ini, yang telah mendengar bahwa Engkau, TUHAN, ada di tengah-tengah bangsa ini, dan bahwa Engkau, TUHAN, menampakkan diri-Mu kepada mereka dengan berhadapan muka, waktu awan-Mu berdiri di atas mereka dan waktu Engkau berjalan mendahului mereka di dalam tiang awan pada waktu siang dan di dalam tiang api pada waktu malam.

Tuesday, August 12, 2008

~ Renungan Hari Ini, 12 Agustus 2008

Selasa, 12 Agustus

Mengutuki Kegelapan
Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka
(Kisah Para Rasul 16:25)
Bacaan: Kisah Para Rasul 16:16-26

Sebuah pepatah Cina mengatakan, "Daripada mengutuki kegelapan, lebih baik ambil sebatang lilin dan nyalakan". Sungguh nasihat sederhana yang bijak! Sayangnya kerap kali kita hanya mengetahui kebenaran ini, tetapi tidak menghayatinya. Ketika kegelapan itu datang, kita tetap saja tidak berusaha mengerem diri dari mengeluh, mengaduh, dan berpikir negatif. Padahal semua itu sama sekali tak berguna.

Paulus dan Silas mendapat masalah yang sangat serius dan mengancam nyawa. Mereka mengusir roh yang merasuki seorang wanita tukang tenung. Akibatnya, wanita itu tidak bisa menghasilkan uang lagi bagi para tuannya. Keduanya lalu dituntut. Mereka dicambuk dan dimasukkan penjara. Ruang penjara paling tengah, tempat paling gelap dan dingin. Masih pula kaki mereka pun dipasung. Namun, di tengah kesakitan karena luka deraan cambuk dan ketidaknyamanan karena ikatan rantai dan pasungan — jauh dari mengeluh dan mengumpat, mereka menyanyikan puji-pujian bagi Allah! Paulus dan Silas pun dikuatkan. Lebih dari itu, Allah membebaskan mereka secara ajaib (ayat 26)!

Mungkin kita tengah didera berbagai ketidaknyamanan—masalah, penyakit, kesedihan, kecemasan—itu semua bisa membuat kita mengeluh dan mengasihani diri. Cobalah resep Paulus dan Silas. Daripada mengarahkan pikiran pada hal-hal negatif yang makin menyusahkan, pilih satu lagu pujian dan nyanyikanlah sepenuh hati. Pujian kepada Allah akan mengalihkan pikiran dan hati dari masalah kepada Allah yang sanggup menjawab persoalan kita dan menghibur kita! Mari menyanyi dan "menyalakan lilin"! —AW


YESUS MEMBERI KITA SUKACITA DI HATI
YANG AKAN TETAP ADA MESKI KESULITAN HADIR

--------------------------------------------------------------------------------
Kisah Para Rasul 16:16-26
16:16 Pada suatu kali ketika kami pergi ke tempat sembahyang itu, kami bertemu dengan seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung; dengan tenungan-tenungannya tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar.
16:17 Ia mengikuti Paulus dan kami dari belakang sambil berseru, katanya: "Orang-orang ini adalah hamba Allah Yang Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan."
16:18 Hal itu dilakukannya beberapa hari lamanya. Tetapi ketika Paulus tidak tahan lagi akan gangguan itu, ia berpaling dan berkata kepada roh itu: "Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini." Seketika itu juga keluarlah roh itu.
16:19 Ketika tuan-tuan perempuan itu melihat, bahwa harapan mereka akan mendapat penghasilan lenyap, mereka menangkap Paulus dan Silas, lalu menyeret mereka ke pasar untuk menghadap penguasa.
16:20 Setelah mereka membawa keduanya menghadap pembesar-pembesar kota itu, berkatalah mereka, katanya: "Orang-orang ini mengacau kota kita ini, karena mereka orang Yahudi,
16:21 dan mereka mengajarkan adat istiadat, yang kita sebagai orang Rum tidak boleh menerimanya atau menurutinya."
16:22 Juga orang banyak bangkit menentang mereka. Lalu pembesar-pembesar kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka.
16:23 Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh.
16:24 Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat.
16:25 Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.
16:26 Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.

Monday, August 11, 2008

~ Renungan Hari Ini, 11 Agustus 2008

Senin, 11 Agustus

Pentingnya Harapan
Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di surga (2 Timotius 4:18)

Bacaan: 2 Timotius 4:9-18

Victor Frankl, psikiater Yahudi, dibawa tentara Nazi ke kamp kerja paksa di Auschwitz, bersama 1.500 orang lainnya. Setibanya di sana, 1.300 orang, termasuk orangtua, istri, dan saudaranya, dibawa ke kamar gas untuk dibunuh. Frankl sendiri dibiarkan hidup di kamp, namun ia kehilangan semua orang yang dikasihinya. Walau tersiksa lahir batin, ia bertahan. Mengapa? Karena ia punya harapan. Dr. Jerome Groopman, penulis The Anatomy of Hope, menjelaskan bahwa harapan adalah obat untuk tetap hidup sehat dalam situasi genting. Harapan meyakinkan orang bahwa yang terbaik masih akan datang.

Surat 2 Timotius ditulis ketika Paulus kesepian. Ia harus menghadapi sidang pengadilan, tanpa seorang pun bisa membelanya. Kreskes dan Tikhikus pergi karena tugas lain menanti. Demas telah terbujuk kenikmatan dunia dan meninggalkannya (ayat 10). Padahal orang-orang seperti Aleksander, si tukang tembaga, telah memberi kesaksian yang memberatkan. Situasinya sungguh mengecewakan, namun Paulus tidak kehilangan harapan. Mengapa? Karena harapannya disandarkan kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Saat kehilangan rekan-rekan, ia yakin Tuhan sendiri akan mendampingi dan menguatkan (ayat 17). Harapan Paulus terbentang jauh ke depan. Bukan hanya sebatas menang dalam persidangan. Paulus yakin ia akan diselamatkan Tuhan sampai masuk surga (ayat 18).

Harapan sangat penting. Namun juga jangan lupa, kepada siapa Anda berharap juga tidak kalah pentingnya. Maka, jangan salah menaruh harapan. Jika berharap banyak kepada manusia, kita bisa kecewa. Taruhlah harapan kepada Tuhan yang tak berubah di segala keadaan —JTI

ANDA BOLEH KEHILANGAN HARTA, TEMAN, ATAU JABATAN
NAMUN JANGAN SAMPAI KEHILANGAN HARAPAN

--------------------------------------------------------------------------------

2 Timotius 4:9-18

4:9 Berusahalah supaya segera datang kepadaku,
4:10 karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia.
4:11 Hanya Lukas yang tinggal dengan aku. Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku.
4:12 Tikhikus telah kukirim ke Efesus.
4:13 Jika engkau ke mari bawa juga jubah yang kutinggalkan di Troas di rumah Karpus dan juga kitab-kitabku, terutama perkamen itu.
4:14 Aleksander, tukang tembaga itu, telah banyak berbuat kejahatan terhadap aku. Tuhan akan membalasnya menurut perbuatannya.
4:15 Hendaklah engkau juga waspada terhadap dia, karena dia sangat menentang ajaran kita.
4:16 Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorangpun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku--kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka--,
4:17 tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian aku lepas dari mulut singa.
4:18 Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di sorga. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.

~ Renungan Hari Ini, 10 Agustus 2008

Minggu, 10 Agustus

Sedapat-dapatnya

Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu,
hiduplah dalam damai dengan semua orang! (Roma 12:18)


Bacaan: Roma 12:9-21

Ini curhat seorang teman, "Saya sedang mengalami konflik dengan seorang teman di gereja. Masalahnya cuma sepele, Alkitabnya saya taruh di kotak tempat menyimpan Alkitab-Alkitab yang ketinggalan di gereja. Saya sama sekali tidak tahu kalau itu Alkitabnya. Saya pikir itu Alkitab orang yang ketinggalan karena tergeletak begitu saja di kursi gereja. Namun, ia marah ke saya. Dibilangnya saya mau ngerjain, mau membuatnya susah. Ia menuduh saya membencinya. Saya sudah minta maaf, sudah menjelaskan duduk masalahnya pula, tetapi ia tetap tidak mau terima. Lalu, saya harus bagaimana lagi?"

Dalam berelasi dengan orang lain–di kantor, kampus, atau gereja–mungkin kita juga pernah mengalami hal serupa; bertemu dengan "orang yang sulit". Apa pun yang kita lakukan disalahartikan. Selalu berprasangka buruk terhadap kita. Kadang jadi konflik batin juga. Di satu sisi kita harus mengasihi dan hidup damai dengan orang lain. Namun pada kenyataannya, ada orang yang menganggap kita seperti "kucing melihat anjing"; membenci, sikapnya sinis, bahkan kasar. Sangat menjengkelkan.

Lalu bagaimana? Sebagaimana bertepuk tangan harus dengan dua tangan, begitu juga hidup damai dengan orang lain. Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk bersikap sama dengan kita. Itulah sebabnya Rasul Paulus mengatakan, "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu" (ayat 18). Jadi, betul, kita harus selalu berusaha hidup damai dengan orang lain, tetapi kalau ternyata orang lain menolaknya, itu di luar kemampuan kita. Janganlah kita terus menyalahkan diri sendiri. Yang penting kita tidak membencinya —AYA


BAGIAN KITA ADALAH MENGASIHI. TETAPI APAKAH ORANG LAIN
MENERIMA ATAU TIDAK, ITU DI LUAR WEWENANG KITA


--------------------------------------------------------------------------------
Roma 12:9-21
12:9 Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.
12:10 Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.
12:11 Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
12:12 Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!
12:13 Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!
12:14 Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!
12:15 Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!
12:16 Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!
12:17 Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!
12:18 Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!
12:19 Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.
12:20 Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.
12:21 Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!

Sunday, August 10, 2008

~ Renungan Hari Ini, 9 Agustus 2008

Sabtu, 9 Agustus

Sanjungan Dunia
Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berteriak …: “Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia” (Kisah Para Rasul 14:11)

Bacaan: Kisah Para Rasul 14:8-20

Winston Churchill, mantan Perdana Menteri Inggris, pernah ditanya, "Tidakkah Anda merasa tersanjung? Setiap kali Anda berpidato, orang datang berbondong-bondong sampai tidak kebagian tempat. Mereka sangat menyanjung Anda!" Sang Perdana Menteri menjawab: "Tiap kali ingin berbangga, saya ingat satu hal. Seandainya saya kelak dihukum gantung, jumlah orang yang hadir pasti melonjak dua kali lipat!"

Sanjungan dunia semu sifatnya. Gampang berubah. Ketika Tuhan Yesus memasuki Yerusalem, rakyat menyanjung-Nya. Beberapa hari kemudian, massa yang sama meneriakkan "Salibkan Dia!" Itu juga yang dialami Rasul Paulus. Sehabis menyembuhkan seorang lumpuh dengan kuasa Allah di Listra, penduduk terkesima. Dikiranya Paulus dan Barnabas adalah titisan dewa. Mereka berdua pun langsung dipuja-puja dan diberi aneka persembahan. Tetapi begitu orang-orang Yahudi membujuk mereka, segera saja mereka berbalik melempari Paulus dengan batu (ayat 19). Untunglah Paulus dan Barnabas tidak haus sanjungan. Keduanya malah prihatin melihat penduduk memuja-muja mereka. Paulus berusaha menjelaskan bahwa hanya Tuhan yang layak disembah. Pantang baginya untuk mencuri kemuliaan Tuhan bagi diri sendiri.

Setiap orang suka disanjung. Sebetulnya tidak salah kalau kita merasa tersanjung saat dipuji orang. Yang salah, kalau kemudian kita gila sanjungan, hingga rela mengorbankan apa pun demi mendapat sanjungan. Sanjungan bisa menyesatkan, lagipula cepat sirna. Lebih baik fokuskan diri untuk melakukan tugas sebaik mungkin. Tidak peduli disanjung atau tidak —JTI
SANJUNGAN ITU IBARAT PERMEN KARET
BOLEH DINIKMATI SESAAT, NAMUN JANGAN DITELAN

--------------------------------------------------------------------------------
Kisah Para Rasul 14:8-20

14:8 Di Listra ada seorang yang duduk saja, karena lemah kakinya dan lumpuh sejak ia dilahirkan dan belum pernah dapat berjalan.
14:9 Ia duduk mendengarkan, ketika Paulus berbicara. Dan Paulus menatap dia dan melihat, bahwa ia beriman dan dapat disembuhkan.
14:10 Lalu kata Paulus dengan suara nyaring: "Berdirilah tegak di atas kakimu!" Dan orang itu melonjak berdiri, lalu berjalan kian ke mari.
14:11 Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berseru dalam bahasa Likaonia: "Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia."
14:12 Barnabas mereka sebut Zeus dan Paulus mereka sebut Hermes, karena ia yang berbicara.
14:13 Maka datanglah imam dewa Zeus, yang kuilnya terletak di luar kota, membawa lembu-lembu jantan dan karangan-karangan bunga ke pintu gerbang kota untuk mempersembahkan korban bersama-sama dengan orang banyak kepada rasul-rasul itu.
14:14 Mendengar itu Barnabas dan Paulus mengoyakkan pakaian mereka, lalu terjun ke tengah-tengah orang banyak itu sambil berseru:
14:15 "Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya.
14:16 Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing,
14:17 namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan."
14:18 Walaupun rasul-rasul itu berkata demikian, namun hampir-hampir tidak dapat mereka mencegah orang banyak mempersembahkan korban kepada mereka.
14:19 Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati.
14:20 Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe.

Saturday, August 9, 2008

~ Renungan Hari Ini, 8 Agustus 2008

Jumat, 8 Agustus

Menerima Nasihat
Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya (Keluaran 18:24)

Bacaan: Keluaran 18:13-27

Musa memang hebat. Bukan saja karena hal-hal besar yang ia lakukan, tetapi juga karena sebagai tokoh besar dan pemimpin, ia tetap mau terbuka menerima masukan. Memerhatikan, mengasah, dan mengolah usulan yang datang kepadanya, menjadikan Musa pemimpin yang patut ditiru.

Ketika Yitro, mertuanya, melihat bagaimana Musa menangani sendiri semua hal tentang pengelolaan masalah bangsa Israel, ia mengingatkan bahwa itu "tidak baik" (ayat 17). Yitro lalu mengusulkan agar dalam menjalankan tugasnya ini, Musa memakai strategi yang lebih tepat, termasuk bahwa ia dapat melibatkan orang-orang yang cakap sebagai mitra pelayanan. Musa mendengarkan usulan ini dan sungguh-sungguh melakukannya. Setelah beres, barulah Musa melepas mertuanya pergi (ayat 27). Artinya sang mertua masih bisa melihat bagaimana Musa memperbaiki sistem pelayanannya. Betapa indahnya bila seseorang mendengarkan dan menerima nasihat baik dari orang lain, demi pelayanan yang lebih baik dalam pekerjaan Tuhan!

Mari renungkan bagaimana hal ini dapat diterapkan juga dalam kita berkeluarga, melayani Tuhan, bekerja, dan bersaksi. Sudahkah kita menjadi orang yang terbuka memerhatikan usulan orang lain dan mau mengkajinya dengan rendah hati? Atau, kita sering merasa terganggu dengan nasihat orang, sehingga nasihat yang tepat pun kita abaikan demi gengsi? Jangan buru-buru menolak saran yang datang. Nasihat yang baik bisa muncul dari siapa saja. Bila hati kita terbuka, kita dapat melihat pertolongan bisa datang dari mana saja. —DKL
NASIHAT TAK MEMBUAT ORANG JADI KECIL
ITU SEBABNYA ORANG BESAR PUN TAK TAKUT MENERIMA NASIHAT

-------------------------------------------------------------------------------
Keluaran 18:13-27

18:13 Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang.
18:14 Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia: "Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?"
18:15 Kata Musa kepada mertuanya itu: "Sebab bangsa ini datang kepadaku untuk menanyakan petunjuk Allah.
18:16 Apabila ada perkara di antara mereka, maka mereka datang kepadaku dan aku mengadili antara yang seorang dan yang lain; lagipula aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Allah."
18:17 Tetapi mertua Musa menjawabnya: "Tidak baik seperti yang kaulakukan itu.
18:18 Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja.
18:19 Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah.
18:20 Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan.
18:21 Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang.
18:22 Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya.
18:23 Jika engkau berbuat demikian dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya, dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan puas senang ke tempatnya."
18:24 Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya.
18:25 Dari seluruh orang Israel Musa memilih orang-orang cakap dan mengangkat mereka menjadi kepala atas bangsa itu, menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang.
18:26 Mereka ini mengadili di antara bangsa itu sewaktu-waktu; perkara-perkara yang sukar dihadapkan mereka kepada Musa, tetapi perkara-perkara yang kecil diadili mereka sendiri.
18:27 Kemudian Musa membiarkan mertuanya itu pergi dan ia pulang ke negerinya.

Friday, August 8, 2008

~ Renungan Hari Ini, 7 Agustus 2008

Kamis, 7 Agustus

Kuping Panci
Firman yang didengar itu tidak berguna bagi mereka, karena mereka tidak dipersatukan dalam iman dengan orang-orang yang mendengarkannya
(Ibrani 4:2)

Bacaan: Bilangan 14:40-45

Waktu kecil, bila saya membandel dan tidak menyimak perintah orangtua, mereka akan berkomentar, "Kuping itu jangan jadi kuping panci, cuma ditempel di kepala, tapi tidak dipakai untuk mendengarkan." Maknanya sama dengan ungkapan: "masuk telinga kiri, keluar telinga kanan." Menunjukkan kesembronoan kita dalam mendengar, yang bisa berakibat fatal. Ini pula yang kerap membuat bangsa Israel gagal menghadapi persoalan, terutama ketika melintasi padang gurun. Mereka tidak mendengarkan dengan baik. Bacaan kita memuat contoh bagaimana mereka tak memedulikan teguran Musa; tetap nekad masuk ke Kanaan, dan gagal.

Kesungguhan kita dalam mendengar dan menanggapi firman Tuhan akan menentukan pertumbuhan iman kita (Roma 10:17). Tak ada rumus baku serta cara pintas mengenai cara membuang "kuping panci" dan memiliki telinga yang peka mendengar suara Tuhan. Satu-satunya cara adalah dengan melatih telinga rohani secara tekun dan teratur.

Pertama, kita perlu mengambil waktu untuk menyendiri dan mencari suasana sunyi, agar kita punya situasi kondusif untuk mendengarkan suara Tuhan yang lembut. Selanjutnya, dalam kesunyian ini, jangan biarkan pikiran menjadi kosong. Gunakan waktu tersebut untuk mengambil suatu bagian kecil firman Tuhan, dan merenungkannya. "Cerna" bagian tersebut sungguh-sungguh dan gali maknanya sedalam mungkin. Bila perlu, bandingkan dengan bagian-bagian lain yang serupa dalam Alkitab sebagai referensi, kemudian ambillah penerapan praktis dalam hidup Anda. Ketika kita terlatih untuk mendengarkan Tuhan, kita akan semakin memahami pola pikir dan kehendak Allah bagi kita —ARS
MENDENGARKAN ADALAH PINTU
MENUJU PENGERTIAN DAN PERUBAHAN

--------------------------------------------------------------------------------
Bilangan 14:40-45

14:40 Dan keesokan harinya bangunlah mereka pagi-pagi hendak naik ke puncak gunung sambil berkata: "Sekarang kita hendak maju ke negeri yang difirmankan TUHAN itu; memang kita telah berbuat dosa."
14:41 Tetapi kata Musa: "Mengapakah kamu hendak melanggar titah TUHAN? Hal itu tidak akan berhasil.
14:42 Janganlah maju, sebab TUHAN tidak ada di tengah-tengahmu, supaya jangan kamu dikalahkan oleh musuhmu,
14:43 sebab orang Amalek dan orang Kanaan ada di sana di depanmu dan kamu akan tewas oleh pedang; dari sebab kamu berbalik membelakangi TUHAN, maka TUHAN tidak akan menyertai kamu."
14:44 Meskipun demikian, mereka nekat naik ke puncak gunung itu, tetapi tabut perjanjian TUHAN dan Musa juga tidaklah meninggalkan tempat perkemahan.
14:45 Lalu turunlah orang Amalek dan orang Kanaan yang mendiami pegunungan itu dan menyerang mereka; kemudian orang-orang itu mencerai-beraikan mereka sampai ke Horma.

Thursday, August 7, 2008

~ Renungan Hari Ini, 6 Agustus 2008

Rabu, 6 Agustus

PENTINGNYA RASA SAKIT
Kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman (Yohanes 16:8)
Bacaan: Yohanes 16:7-15

Roberto Salazar, bocah 6 tahun, jarang menangis. Ia menderita penyakit langka; Hereditary Sensory and Autonomic Neuropathy, sebuah penyakit yang membuatnya tidak bisa merasakan sakit. Pernah ia gigit lidahnya sendiri sampai hampir putus. Orangtuanya panik, namun ia tenang saja. Kali lain Roberto terjatuh. Kakinya terluka, tetapi ia tidak menjerit minta tolong. Ia bangun dan berjalan lagi dengan luka menganga. Kondisi ini sangat berbahaya. Tubuhnya bisa terbakar atau terpotong tanpa disadari. Rasa sakit memang tidak enak, tetapi perlu untuk menyadarkan kita jika ada yang tidak beres.

Roh Kudus sering memberikan "rasa sakit" ketika orang beriman berbuat dosa. Dia menegur dan memberi peringatan, supaya kita insaf. Dia mengingatkan kita kembali akan perkataan-perkataan Kristus (ayat 13,14). Sebagai Roh Kebenaran, Dia bertugas memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran. Jadi, Dia tidak bisa tinggal diam waktu kita berbuat dosa. Dia akan menegur. Teguran-Nya mungkin terasa sakit dan menciptakan rasa bersalah di hati. Namun, ini perlu agar kita mendapatkan kesempatan untuk berbalik ke jalan Tuhan. Tanpa teguran, dengan mudah kita dapat disesatkan oleh pelbagai godaan. Seperti Roberto, kita bisa menjadi mati rasa terhadap dosa. Dan, bisa-bisa kita sudah terseret jauh sebelum sempat menyadarinya.

Bersyukurlah jika Roh Kudus masih menegur dan membuat Anda merasa bersalah ketika berbuat dosa. Itu tandanya Dia masih berkarya dalam diri Anda. Dengarkan dan hargailah teguran-Nya! Jangan sampai hati Anda kebal, hingga merasa nyaman berbuat dosa —JTI
BAGI MEREKA YANG MENOLAK TEGURAN ROH KUDUS
KEGELAPAN ITU TERLIHAT TERANG

--------------------------------------------------------------------------------
Yohanes 16:7-15

16:7 Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.
16:8 Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman;
16:9 akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku;
16:10 akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi;
16:11 akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.
16:12 Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.
16:13 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.
16:14 Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.
16:15 Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku."

Wednesday, August 6, 2008

~ Renungan Hari Ini, 5 Agustus 2008

Selasa, 5 Agustus

Senjata Rohani
Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan
(Lukas 22:46)

Bacaan: Keluaran 17:8-16

Dengan garang, si banteng menyerudukkain merah di tangan matador. Setelah berulang kali ia pun kelelahan, sebab tiap kali mendekati kain merah, si matador mengibaskannya. Ia tak sadar kain merah itu bukan lawan yang sebenarnya.

Peperangan Israel melawan Amalek bukan sekadar perang fisik antara dua kekuatan militer. Amalek hanya alat—semacam "kain merah" yang dikibaskan oleh kekuatan yang ingin menghambat rencana Allah bagi masa depan Israel. Itu sebabnya Musa sebagai pemimpin Israel perlu memimpin bangsanya menghadapi perang tersebut secara tepat. Caranya? Dengan "mengangkat tangan", yakni terus berdoa, seperti lazimnya umat Israel berdoa dengan menadahkan tangan (Ezra 9:5; 1 Timotius 2:8) sampai kemenangan mereka raih. Doa yang tak henti, karena tidak dilakukan sendiri, tetapi bersama-sama—sebagaimana Musa berdoa bersama Harun dan Hur—besar sekali kuasanya. Sebab Tuhan-lah yang berperang melawan "si musuh sejati".

Hidup kita serupa pertempuran. Banyak musuh menyerbu; desakan nafsu, situasi pelik, orang sulit di pekerjaan, pengusik ketenangan rumah tangga, penjegal karier, pesaing yang curang, pengacau, dan pemfitnah di gereja. Menghadapi hal-hal ini dengan kekuatan fisik hanya akan membuat kita lelah dan kalah. Apalagi jika kita pun terkecoh untuk membalas dengan cara serupa. Kita mesti sadar bahwa mereka hanya "kain merah", bukan "si matador" yang mengibarkannya. Jadi, hadapilah dengan doa. Angkatlah tangan, tetaplah berdoa! Jika Anda menjadi lelah, mintalah saudara seiman untuk turut menopang dan berdoa bersama kita. Andalkan kekuatan Allah dalam melawan "sang matador", si penguasa kegelapan —PAD
PEPERANGAN ROHANI HARUS DIHADAPI
DENGAN SENJATA ROHANI PULA

--------------------------------------------------------------------------------
Keluaran 17:8-16
17:8 Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim.
17:9 Musa berkata kepada Yosua: "Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku."
17:10 Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek; tetapi Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit.
17:11 Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek.
17:12 Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkanlah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang kedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam.
17:13 Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang.
17:14 Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit."
17:15 Lalu Musa mendirikan sebuah mezbah dan menamainya: "Tuhanlah panji-panjiku!"
17:16 Ia berkata: "Tangan di atas panji-panji TUHAN! TUHAN berperang melawan Amalek turun-temurun."

Tuesday, August 5, 2008

~ Renungan Hari Ini, 4 Agustus 2008

Senin, 4 Agustus

Katakan Tidak
Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari hadapanmu (Yakobus 4:7)

Bacaan: Yakobus 1:12-15

Dalam buku Keponakan Penyihir dari seri The Chronicles of Narnia, diceritakan bagaimana Digory telah membuat sebuah kesalahan fatal, yakni dengan membunyikan bel yang membangkitkan seorang penyihir jahat. Ketika Aslan menanyai Digory tentang hal itu, Digory berkelit, "Aku rasa aku agak terkena mantra yang tertulis dalam bel itu". Mendengar jawaban itu, Aslan menegaskan, "Benarkah?" Kemudian barulah Digory mengaku, "Tidak. Sekarang aku tahu aku tidak terkena mantra. Aku hanya berpura-pura."

Ketika dihadapkan pada satu pencobaan dan gagal, kerap kali kita juga berkelit dengan mengatakan bahwa kita dijebak, digoda, atau terkena "mantra" seperti dalih Digory. Padahal, sebenarnya kita tidak terkena mantra apa pun. Kita sendiri yang membuat pilihan untuk jatuh. Yakobus mengatakan dengan jelas bahwa tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri (ayat 14). Setan bisa menggoda kita, tetapi pilihan untuk berdosa atau tidak, tetap berada di tangan kita.

Lalu bagaimana kita dapat menang melawan dosa? Bisa dengan dua hal: tunduk kepada Allah dan melawan Iblis. Keduanya sama penting, jadi harus sama-sama dilakukan. Kita bisa saja tetap gagal meski telah berdoa dan memohon belas kasihan Tuhan, karena kita tidak mau melawan Iblis dengan tegas. Kita hanya bisa melakukannya dengan berani berkata "Tidak!" kepada dosa. Itulah salah satu karunia yang kita peroleh dari Kristus yang telah menang atas maut. Karena Kristus telah menang bagi kita, maka saat kita berani berkata tidak, dosa pun tidak lagi berkuasa atas tubuh kita! —GS
KATAKAN TIDAK KEPADA DOSA
MAKA DOSA ITU AKAN KEHILANGAN KUASANYA

--------------------------------------------------------------------------------
Yakobus 1:12-15
1:12 Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.
1:13 Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun.
1:14 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.
1:15 Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.

Monday, August 4, 2008

~ Renungan Hari Ini, 3 Agustus 2008

Minggu, 3 Agustus

Ingin Jadi Apa?
Kata Yesus kepada mereka, ”Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Lalu mereka pun membawanya (Yohanes 2:8)

Bacaan: Yohanes 2:1-11

Suatu kali dalam sebuah persekutuan keluarga, saya mengajukan sebuah pertanyaan. Jika mereka diajak berandai-andai menjadi salah satu tokoh dalam kisah pernikahan di Kana, siapakah yang akan mereka pilih?

Suasana menjadi ramai. Ada yang ingin menjadi ibu Maria, sang perantara hingga mukjizat terjadi. Ada yang mau menjadi pelayan, menyaksikan bagaimana mukjizat terjadi. Ada yang ingin menjadi pemimpin pesta, yang cuma tahu beres. Ingin menjadi pengantinnya? Ada juga! Ada yang ingin jadi tempayan, wadah di mana mukjizat itu terjadi. Yang unik, ada yang ingin menjadi Yesus, sang pembuat mukjizat! Namanya berandai-andai, bisa saja ada yang berpikir begitu. Terakhir ada yang menjawab ingin menjadi tamu saja, menikmati mukjizat.

Setelah tak ada jawaban lain lagi, tiba-tiba seseorang menyeletuk, "Lalu, Anda sendiri mau jadi apa dong?" "Saya ingin menjadi air biasa yang digunakan untuk pembasuhan waktu itu," begitu jawab saya. Ya, itulah kerinduan saya. Menjadi air putih biasa, yang kemudian diubah oleh Yesus menjadi anggur. Bukan sembarang anggur, tetapi anggur yang baik (ayat 10), yang membawa sukacita bagi banyak orang.

Saya sadar, ini sangat sulit untuk dipraktikkan. Diubah oleh Tuhan Yesus bahkan bisa terasa berat dan menyakitkan. Namun, jika kita sungguh-sungguh rindu hidup kita yang biasa-biasa menjadi bermakna, bukankah kita mesti rela dikoreksi, diajar, bahkan jika perlu, dihajar? Dan satu hal yang pasti, untuk menjadi apa pun setiap kita mesti taat kepada-Nya terlebih dahulu supaya dapat menjadi berkat bagi orang lain —MNT

UNTUK MENJADI PRIBADI YANG BERHARGA
ADA HARGA YANG HARUS DIBAYAR
--------------------------------------------------------------------------------
Yohanes 2:1-11
2:1 Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ;
2:2 Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu.
2:3 Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur."
2:4 Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba."
2:5 Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!"
2:6 Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung.
2:7 Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan merekapun mengisinya sampai penuh.
2:8 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu merekapun membawanya.
2:9 Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya--ia memanggil mempelai laki-laki,
2:10 dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang."
2:11 Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.

Sunday, August 3, 2008

~ Renungan Hari Ini, 2 Agustus 2008

Sabtu, 2 Agustus
Gerak di Tempat
Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya (Amsal 26:14)

Bacaan: Amsal 26:13-16

Seperti apakah si pemalas? Ia diumpamakan sebagai daun pintu yang berputar hanya pada engselnya, bergerak tetapi tidak berjalan alias "gerak di tempat". Serupa pula dengan kursi goyang, orang yang duduk di atasnya bisa merasa seakan-akan sudah mencapai jarak yang jauh, padahal ia tak ke mana-mana. Tidak heran bila kursi goyang disebut juga "kursi malas".

Allah tidak senang kepada orang yang malas. Bacaan Alkitab kita menuntun pada pengertian siapakah orang yang malas itu. Si pemalas adalah orang yang bila diberi tugas suka berdalih (Amsal 26:13). Si pemalas adalah orang yang tak mau bergerak maju sekalipun sudah didorong oleh orang lain (ayat 16). Si pemalas adalah orang yang bahkan malas melakukan sesuatu yang sesungguhnya bermanfaat bagi dirinya sendiri (ayat 15). Seperti seseorang yang malas makan mangga, kecuali orang lain mengupaskan kulitnya.

Bagaimana caranya agar kita tidak menjadi malas? Milikilah tujuan hidup yang jelas, sehingga kita punya semangat untuk memaknai hari-hari kita. Milikilah motivasi yang tulus, supaya kita dapat merasakan sukacita saat hendak mencapai tujuan. Milikilah perencanaan yang benar, agar kita menjadi orang-orang yang bijaksana karena tidak menyia-nyiakan waktu hidup kita. Mari menjadi anak-anak Tuhan yang rajin dan penuh semangat dalam hidup ini, seperti apa yang telah Paulus lakukan, "Aku ... berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus" (Filipi 3:14). Selamat tinggal kemalasan! —ACH

dari setiap nama orang yang dapat kita sebut berhasil
tak ada yang berangkat dari hidup yang malas

--------------------------------------------------------------------------------
Amsal 26:13-16
26:13. Berkatalah si pemalas: "Ada singa di jalan! Ada singa di lorong!"
26:14. Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya.
26:15. Si pemalas mencelupkan tangannya ke dalam pinggan, tetapi ia terlalu lelah untuk mengembalikannya ke mulutnya.
26:16. Si pemalas menganggap dirinya lebih bijak dari pada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana.

Friday, August 1, 2008

~ Renungan Harian ini, 1 Agustus 2008

Jumat, 1 Agustus
Reformasi Sejati
Berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan mana kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan sempurna
(Roma 12:2)
Bacaan: Roma 12:1-8

Proses metamorfosa yang mengubah ulat menjadi kepompong, kemudian menjadi kupu-kupu, sungguh suatu perubahan yang mengagumkan. Dari arti katanya, metamorfosa berarti bentuk yang berubah. Namun, yang terjadi pada kupu-kupu bukan hanya perubahan bentuk, tetapi juga gaya hidup. Ulat merangkak, kupu terbang. Ulat makan daun, kupu mengisap madu. Ulat tampak rakus, kupu tampak anggun. Ulat bergerak lambat, kupu terbang cepat. Sungguh berubah total!
Kata "metamorfosa" itu pulalah yang dipakai Paulus ketika menulis: "Berubahlah oleh pembaruan budimu ...". Paulus ingin jemaat di Roma benar-benar berubah, seperti perubahan yang dialami ulat hingga menjadi kupu-kupu. Gaya hidup, cara pandang, dan cara jemaat menjalani hidup mesti berubah, sehingga mereka "dapat membedakan mana kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan yang sempurna". Ya, reformasi sejati tidak hanya mengubah forma (bentuk), tetapi juga mengubah apa yang ada di dalam hidup seseorang.
Hidup kita perlu terus mengalami reformasi. Harus terus bergerak dari ulat ke kepompong. Jadi tidak hanya diam, tetapi seperti pesan Paulus, kita perlu terus mempersembahkan diri sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah (ayat 1). Artinya, kita selalu menyadari—dan kemudian membuktikannya pada dunia—bahwa atas kemurahan Allah dan kasih karunia-Nya, hidup kita ini adalah milik Allah.
Mari terus berubah agar semakin matang di dalam Tuhan. Hingga pada saatnya kelak, kita sungguh berubah menjadi indah dan memberkati setiap orang yang melihatnya —DKL

BILA HIDUP INI ADALAH MILIK TUHANIZINKAN DIA MENGUBAH KITA MENJADI SEPERTI YANG DIA MAU

Roma 12:1-8

12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
12:3 Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
12:4 Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama,
12:5 demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.
12:6 Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.
12:7 Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar;
12:8 jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.