Shalom saudaraku!!
Terima kasih anda telah berkunjug di Renungan Harian Online ini. Saya merasa senang sekali apabila bisa berbagi berkat dengan saudara - saudara seiman.
semoga dengan adanya blog saya ini dapat menyejukkan jiwa anda, dan semoga banyak jiwa yang terpulihkan dengan Renungan Harian Online ini.

Salam dalam Nama Yesus.
Senja Nababan

Friday, July 4, 2008

Renungan Hari Ini, 21 Juli 2008

Pola Asuh
Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Galatia 6:7)

Tak ada peristiwa yang "kebetulan".

Setiap kejadian pasti ada alasannya. Dalam Alkitab, Yakub dikenal sebagai penipu. Bayangkan, Esau—kakaknya yang sedang lapar—ditodong hak kesulungannya, diganti hanya dengan semangkuk kacang merah! Ia juga menipu ayahnya yang sudah renta dan rabun dengan berpura-pura menjadi Esau, demi mendapat berkat kesulungan (Kejadian 25, 27). Setelah menikah pun Yakub mengelabui Laban, mertuanya, hingga mendapat banyak kambing domba (Kejadian 30).


Mengapa Yakub penuh tipu daya? Sebab ia dibesarkan dalam keluarga di mana sang ayah lebih sayang kepada Esau, sedang si ibu lebih menyayanginya. Ibunya pula yang mengajari Yakub membohongi ayahnya. Selanjutnya, Yakub mengadopsi pola asuh yang dialaminya sebagai model untuk mengasuh anak-anaknya. Ia lebih menyayangi Yusuf dan Benyamin, anak-anak yang lahir dari Rahel, ketimbang sepuluh anak dari ketiga istrinya yang lain. Akibatnya, saudara-saudara Yusuf menaruh dendam terhadap Yusuf dan membohongi Yakub dengan berkata bahwa Yusuf diterkam binatang buas, padahal mereka menjualnya sebagai budak.


Bagi Anda yang sudah menjadi orangtua, camkan firman Tuhan hari ini: "Jangan sesat! ... apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya" (Galatia 6:7). Hukum ini tak terelakkan, kecuali kita bertobat dan percaya kepada Kristus, sebab di dalam Dia kita menjadi ciptaan baru. Bangun dan didiklah anak-anak Anda dalam suasana pertobatan setiap hari; agar kejujuran, ketulusan, dan penerimaan seorang akan yang lain menjadi pola asuh dalam kehidupan keluarga Anda —SNR


KEBOHONGAN MELAHIRKAN KEBOHONGAN

PERTOBATAN MELAHIRKAN KEJUJURAN

Bacaan Alkitab

Amsal 29:15-17

29:15. Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.
29:16. Jika orang fasik bertambah, bertambahlah pula pelanggaran, tetapi orang benar akan melihat keruntuhan mereka.
29:17. Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.


-----------Asal – usul Doa : Gentar dan Gemar ------------

Kalau orang tidak pernah tahu tentang agama, apakah ia beragama? Agaknya tidak. Tetapi meskipun ia tidak beragama, namun ia dapat mempunyai perasaan keagamaan. Perasaan keagamaan adalah perasaan atau kepekaan terhadap adanya “Yang Illahi”.

Walaupun berbeda kadarnya, tiap orang mempunyai perasaan keagamaan, perasaan keagamaan berada sejajar dengan perasaan – perasaan rohaniah lainnya, seperti perasaan social, perasaan kehidupan, perasaan keindahan dan sebagainya.


Dengan perasaan keagamaannya, manusia sedikit demi sedikit memberi isi kepada gagasan tentang “Yang Illahi” itu. Hal itu nyata antara lain dari nama – nama yang digunakan untuk menyebut “Yang Illahi”, yang biasanya dihubungkan dengan sifat, kekuasaan atau karya tertentu. Misalnya, di Jawa digunakan nama – nama Hyang Sukma, Sangkan Paraning Dumadi, Sang Hyang Tunggal, Ingkang Paring Gesang, Hyang Widhi dan bayak lainnya.

Bagaimana manusia mengembangkan perasaannyaa terhadap “Yang Illahi” itu? Secara garis besar, perasaan itu dapat di golongkan menjadi dua (2) macam.

Pertama :
Manusia merasa takut dan gentar. “Yang Illahi” dialami manusia sebagai sesuatu yang dahsyat, sangat berkuasa, gaib, tak terhampiri dan penuh murka. Manusia merasakan sifat itu kalau berhadapan dengan kematian, gempa bumi, gunung meletus, topan, petir, gerhana dan sebagainya. Dihadapan kuasa – kuasa itu manusia merasa diri kecil dan tak berdaya. “Yang Illahi yang menggentarkan atau Mysterium Tremendum (kata latin Tremendum berarti : mendahsyatkan atau menggentarkan).

Kedua :
Manusia merasa tertarik dan terpesona . “Yang Illahi” dialami manusia sebagai sesuatu yang baik, menyenangkan, mententramkan dan menakjubkan. Manusia merasakan sifat – sifat itu kalau berhadapan dengan kelahiran, hasil panen, pergantian malam dan siang, pergantian musim, dan sebagainya. Dihadapan kuasa – kuasa itu manusia merasa damai dan bahagia. “Yang Illahi” dianggap sebagai misteri yang menggemarkan atau Mysterium Fascinosum (kata latin Fascinosum berarti : "mengasikkan atau menggemarkan".

Jadi “Yang Illahi” adalah kuasa yang sifatnya sekaligus, yaitu menggentarkan dan menggemarkan. Konsep itu yang disebut dengan Numinosum tremendum et Fascinnosum –dikembangkan oleh Rudolf Otto, seorang pemikir ilmuu – ilmu agama dalam buku “Das Heilige”. Tetapi jauh sebelum itu, Agustinus, Baps gereja di abad ke – 4, sudah mengemukakannya ketika ia berkata :

Apa itu bercahaya sedikit – sedikit dalam kdiriku dan memukul hatiku tanpa melukainya?
Kugentari dan kugemari sekaligus.
Kugentari sejauh aku berbeda dengan-Nya,
Kugemari sejauh aku serupa dengan-Nya


Terhadap “Yang Illahi” yang menggentarkan dan sekaligus menggemarkan itu, manusia menjadi gentar dan gemar. Karena sikap gentar dan gemar itu, kalbu hatinya mulailah manusia memuja dan meminta. Lalu pujaan itu terucap keluar dari bibirnya dan menjadi kata – kata doa. Itulah asal – usul doa. Manusia berdoa karena merasa gentar dan gemar.

Sebuah soal yang mengundang kita berfikir adalah : apakah Allah Bapa dalam Yesus Kristus merupakan misteri menggentarkan dan menggemarkan, sehingga doa kita kepada-Nya hanyalah ungkapan rasa gentar dan gemar?
Ataukah doa kita berkembang menjadi ungakapan hubungan personal yang riil, ibarat hubungan sehari – hari antara anak dan orangtuanya?

Renungkanlah.....!!

No comments: